Kamis 08 Mar 2012 22:58 WIB

Lima Tentara Inggris Tewas di Afghanistan Berusia di Bawah 21 Tahun

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lima dari enam tentara tewas akibat serangan tunggal paling mematikan terhadap pasukan Inggris di Afghanistan sejak 2001 berusia 21 atau di bawahnya, kata Departemen Pertahanan pada Kamis.

Prajurit itu, yang dilaporkan berada di negara itu kurang dari sebulan, tewas sesudah ledakan besar menghantam kendaraan lapis baja mereka dalam patroli pada Selasa di dekat kota Lashkar Gah di propinsi Helmand, Afghanistan selatan.

Kelompok Taliban pada Kamis menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu, dengan mengatakan mereka menggunakan ranjau darat.

Kematian itu membuat jumlah tentara Inggris tewas sejak serbuan pada 2001 terhadap Afghanistan melewati angka 400, menjadi 404 orang. Korban termuda adalah tentara berusia 19 tahun Prajurit Christopher Kershaw, sementara tiga lagi berumur 20 dan satu 21 tahun. Kelima korban muda itu dari Batalyon 3 Resimen Yorkshire.

Pelayat menaruh bunga di luar markas batalyon itu di Wiltshire, Inggris baratdaya. Yang tertua dari korban itu adalah Sersan Nigel Coupe (33 tahun) dari Batalyon I Resimen Adipati Lancaster.

Kendaraan Warrior mereka diduga terhantam peledak rakitan dan terbakar, dengan dilaporkan bahwa mayat mereka hangus.

Itu adalah kematian terbanyak tentara Inggris di Afghanistan sejak 14 awak tewas sesudah pesawat Nimrod mereka jatuh pada 2006. Penyelidikannya menemukan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh kebocoran pipa bahan bakar.

Kementerian pertahanan Inggris belum merinci sumber ledakan itu dan ada dugaan bahwa ledakan itu disebabkan oleh ranjau zaman Soviet.

Namun, Taliban dalam pernyataannya di laman mereka mengatakan, "Mujahidin (prajurit suci) dari keamiran Islam melaporkan bahwa ranjau mujahidin meledakkan tank pasukan penjajah Inggris di kabupaten Greshk."

"Semua penyerang di dalamnya terbakar," katanya menambahkan.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement