REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy
Tim nasional Indonesia kembali mempertahankan konsistensi kekalahan sepanjang berlaga di final sebuah kejuaraan sepak bola. Terakhir, Timnas U-21 harus menerima kenyataan kalah oleh tim sepak bola terlemah ketujuh di dunia, Brunei Darussalam di ajang Hassanal Bolkiah Cup 2012.
Andik Vermansyah cs ditekuk Brunei dengan skor 0-2 lewat dua gol di babak kedua. Praktis, buyarlah harapan seantero negeri untuk menyaksikan sepak bola Indonesia berprestasi.
Kekalahan yang diderita skuat U-21 memang jadi hasil yang pantas jika melihat permainan selama 90 menit. Walau memegang kendali penguasaan bola, timnas nyaris bermain tanpa skema hingga membuat gawang Brunei jarang mendapat ancaman di babak pertama.
Satu-satunya peluang matang Indonesia dicatatkan Yosua Pahabol di menit ke 23. Namun sepakan pemain asal Semen Padang itu mampu dihalau kiper Brunei. Hingga 45 menit babak pertama, skor imbang tanpa gol tidak berubah.
Di awal babak kedua, kesalahan fatal dibuat pertahanan Merah Putih. Kesalahan Saiful Indra dalam menghalau bola membuat Adi Said mampu melepaskan umpan yang gagal dihalau bek Merah Putih. Bola matang pun berhasil dimanfaatkan Aminuddin menjadi sebuah gol di menit ke 48.
Selepas gol itu, permainan skuat Merah Putih jadi tidak terkendali. Tekanan ingin menang tampak membebani skuat Garuda Muda. Walhasil timnas justru urung mencetak peluang untuk menyamakan kedudukan.
Sebaliknya, berawal dari sebuah serangan balik, Brunei kembali mencetak gol lewat Adi Said di menit ke 75. Gol ini langsung disambut secara gegap gempita oleh sekitar 25 ribu penonton yang memadati Stadion Hassanal Bolkiah. Sambutan antusias pun langsung dihaturkan oleh sang Sultan Hassanal Bolkiah yang hadir langsung di tribun kehormatan.
Skor 0-2 pun jadi hasil pahit yang harus kembali diterima sepak bola Indonesia. Konsistensi timnas yang selalu kalah di sebuah partai final merupakan sebuah ulangan dari ajang Sea Games 2011, piala AFF 2010, Piala AFF 2004, Piala AFF 2002, Piala Tiger 2000, dan Sea Games 1997.
Perlu dicatat, di seluruh laga final itu, satu per satu negara ASEAN mengalahkan Indonesia. Mulai dari Thailand, Singapura, Malaysia, dan kini Brunei Darussalam. Uniknya, kemenangan atas Indonesia merupakan sejarah terbesar sepak bola Brunei, sepanjang negara itu berdiri. Negara yang hanya berpenduduk 400 ribu itu akhirnya mampu berpesta seusai wasit meniup pluit panjang pertandingan.
Sebaliknya, pemandangan klasik kembali terjadi di kubu Indonesia; menyaksikan lawan mengangkat piala.