REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Dengan membaca kitab suci bersama, sejumlah perempuan Kristiani dan Muslimah mencoba mencari titik temu antara dua agama samawi ini. Mereka duduk berhadapan di kantin pusat Gereja Kristen Protestan (PKN) di Utrecht, Belanda tengah.
Mereka adalah peserta dialog antar Islam dan Kristiani yang sedang istirahat sambil menikmati makan malam ala Indonesia. Profesor Syafaatun Mirzana, seorang ilmuwan Islam Indonesia, adalah salah satu peserta dalam dialog tersebut. Dia mengakui ajaran Kristiani dan Islam itu berbeda, tapi tidak selalu bertentangan.
"Membaca itu dalam arti kita saling memahami antara satu sama lain," kata Syafaatun seperti dikutip Radio Netherland Worldwide. ''Karena baik di dalam kitab suci Kristiani maupun Islam, ada cerita-cerita yang mirip. Inilah yang dicoba untuk dipotret bersama.''
Syafaatun mencontohkannya soal masalah penciptaan. Pada surat Al Baqarah, itu dibicarakan bagaimana Adam diciptakan. Lalu, Genesis di bible juga berbicara tentang penciptaan.
Bukan hanya teks-teks di al Quran saja yang dibahas dan dicari perbandingannya dengan kitab suci Kristiani, tapi juga hadis Nabi. Temanya tentu saja tidak terbatas pada masalah penciptaan. ''Misalnya topik perempuan. Bagaimana perempuan dibicarakan di kitab suci masing-masing," katanya.
Sementara penyelenggara dialog, Dr. Gé Speelman, mengatakan tujuan dialog bukan untuk membuat semua orang memeluk satu agama saja.
"Dialog untuk belajar saling menghormati. Ini susah terjadi,'' kata dosen universitas teologia protestan Belanda itu. ''Kalau tidak terjadi dialog langsung, maka hal yang ditonjolkan adalah perbedaan sehingga terjadilah saling menuding.''