Selasa 13 Mar 2012 08:48 WIB

Gempa Iman

Gempa bumi (ilustrasi)
Foto: Republika/Darmawan
Gempa bumi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Rabu 12 Ramadhan 1430 H/2 September 2009 silam, ketika saya sedang berjalan menuju kamar mandi di lantai 2, tiba-tiba peralatan mandi berjatuhan dan lantainya bergoyang. Segera saya keluar dan berlari menuju ke kamar. Air aquarium kura-kura tumpah, tv 24 inch jauh bergeser.

Istriku  segera bangun dan refleks segera mengendong bayi. Sedangkan saya sendiri menggotong kakaknya. Sulit sekali berjalan di atas lantai yang bergoyang keras, apalagi ketika menuruni tangga. “Allahu Akbar, Laillahaillallah” teriak saya.

Alhamdulillah segera saya bisa berada di luar. Berbaur bersama beberapa tetangga. Melihat dinding beton yang bergerak-gerak mirip kertas yang tertiup angin. Beberapa rumah tetangga kampung depan roboh, namun Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Terasa dada bergetar, degup jantung berdetak cepat, adrenalin terasa naik. Sambil menggendong si sulung, memeluk istri dan bayiku, background teriakan Laillahaillallah mengalun, bulu kudukpun merinding. Astagfirullahal adzhim.

Sumber gempa ternyata di Tasikmalaya dengan kekuatan 7,3 skala richter. Inna lillahi wa inna illaihi roji’un. Saya yang berada di Parompong, Bandung saja merasakan getaran yang besar apalagi mereka yang di Tasik, naudzubillah. Kemudian saya teringat firman Allh SWT: ''Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat).'' (QS. Al Zalzalah, 99 : 1). Betapa goncangan itu saja sudah membuat kita tak sanggup lagi, apalagi goncangan yang dahsyat, naudzubillah.

Seorang teman meng-SMS bertanya apakah ini sebuah peringatan? Boleh jadi karena tidaklah Allah menetapkan sesuatu dengan sia-sia. Ini adalah tanda, warning! Sebagaimana ayat: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu" (QS. Fushilat, 41 : 53)

Dalam beberapa penjelasan ulama, bencana itu ditimbulkan oleh sebab perbuatan manusia sendiri, sebagaimana ayat,“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" (QS Asy Syuura, 42 : 30)]

"Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS.Al Ankabut : 40)

Ibnul Qayyim berkata, "Pada sebagian waktu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan izin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, lalu timbul rasa takut pada diri hamba-hamba Allah, kemudian mereka bertobat dan berhenti dari perbuatan maksiat, tunduk kepada Allah dengan penuh penyesalan.''

                                                                        

                                                                         ***

Dengan hadirnya sebuah musibah atau bencana, kita semua diuji. Di Tasikmalaya saudara kita diuji oleh musibah dan kita di sini juga diuji, sampai sejauh mana rasa empati kita untuk turut membantu mereka, mengulurkan bantuan semampu kita. Kita semua diuji, diperingati, diingatkan bahwa dalam sekejab apapun yang berasal dari Allah berpulang kepada Allah. Semua yang kita cintai, harta bahkan nyawa semua berpulang pada Alloh. Dan janganlah sampai gempa ini menjadi gempa iman kita, ketika tertimba musibah kemudian lalu berburuk sangka kepada Alloh, atau kita bahkan tidak perduli terhadapnya. Cuek terhadap kesulitan saudara kita, cuek terhadap maksiat yang malah mengundang azab. Sebuah peringatan agar kita semua taqorub mendekatkan diri kepada Alloh, memperbanyak istigfar dan berdzikir agar dihindari dari segala bencana dan musibah.

Dan dibalik musibah ini Allah dan Rasul-Nya memberikan berita gembira. Seperti diriwayatkan dalam beberapa hadis.

Dari Sa’ad, ia berkata: bahwa Rasulullah telah bersabda: “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang saleh yang meneladaninya. Seseorang akan diuji menurut kekuatan agamanya (imannya), apabila agamanya kuat maka makin berat ujiannya, apabila agamanya kurang kuat maka dia diuji menurut kadar kekuatannya, dia akan diuji terus , sehingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih (tidak berdosa)”.

Dari Aisyah ra, dia berkata: ''Bahwa Rasulullah telah bersabda: “Sesungguhnya orang-orang shalih akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapus dosa-dosanya dan akan ditingkatkan derajatnya”. (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, al-Hakim dan Baihaqi)

Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu terhindar dari musibah. Dan jikapun kita mendapatkan musibah semoga itu adalah bentuk rahmah Allah sebagai penggugur dosa-dosa kita.  Dalam renungan kegundahan, mari kita bersimpuh dan berdoa. Ya Allah berilah kesabaran kepada mereka yang tertimpa musibah. Mudahkanlah, ringankanlah, tuntunlah, bimbinglah, lindungi, ampuni dosa-dosanya.

“Inna lillahi wa innaa ilaihi roji’un. Allahumma ‘indaka ahatasibu mushibatii fa ‘ajirnii fiihaa, wa abdilnii khairan minhaa”. Sesungguhnya yang berasal dari-Mu akan kembali kepada-Mu, Ya Allah aku berharap pahala darimu karena musibah yang menimpa dan berilah ganti yang lebih baik daripadanya.

Aamiin, Ya Rabbal Al amin.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Penulis:  Ustaz Erickyusuf (pemrakarsa Training iHAQi – Integrated Human Quotient)

email: [email protected]

twitter: @erickyusuf

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement