REPUBLIKA.CO.ID, Tafsir Al-Maraghi merupakan salah satu tafsir Alquran kontemporer. Nama Al-Maraghi diambil dari nama belakang penulisnya, Ahmad Musthafa Al-Maraghi.
Tafsir ini merupakan hasil dari jerih payah dan keuletan sang penulis selama kurang lebih 10 tahun, dari tahun 1940-1950 M.
Nama lengkapnya adalah Ahmad Musthafa bin Muhammad bin Abdul Mun’im Al-Maraghi. Kadang-kadang nama tersebut diperpanjang dengan kata Beik, sehingga menjadi Ahmad Musthafa Al-Maraghi Beik.
Ia berasal dari keluarga yang sangat tekun dalam mengabdikan diri kepada ilmu pengetahuan dan peradilan secara turun-temurun, sehingga keluarga mereka dikenal sebagai keluarga hakim.
Al-Maraghi lahir di Kota Maraghah, sebuah kota kabupaten di tepi barat sungai Nil, sekitar 70 kilometer di sebelah selatan kota Kairo, pada tahun 1300 H/1883 M. Nama Kota kelahirannya inilah yang kemudian melekat dan menjadi nisbah (nama belakang) bagi dirinya, bukan keluarganya. Ini berarti nama Al-Maraghi bukan monopoli bagi dirinya dan keluarganya.
Ia mempunyai delapan orang saudara. Lima di antaranya laki-laki, yaitu Muhammad Musthafa Al-Maraghi (pernah menjadi Imam Besar Al-Azhar), Abdul Aziz Al-Maraghi, Abdullah Musthafa Al-Maraghi, dan Abdul Wafa’ Musthafa Al-Maraghi. Hal ini perlu diperjelas sebab seringkali terjadi salah kaprah tentang siapa sebenarnya penulis Tafsir Al-Maraghi di antara kelima putra Musthafa itu.
Keslahkaprahan ini terjadi karena Muhammad Musthafa Al-Maraghi juga terkenal sebagai seorang mufassir. Sebagai mufassir, Muhammad Musthafa juga melahirkan sejumlah karya tafsir, hanya saja ia tidak meninggalkan karya tafsir Alquran secara menyeluruh.
Ia hanya berhasil menulis tafsir beberapa bagian Alquran, seperti surah Al-Hujurat dan lain-lain. Dengan demikian, jelaslah yang dimaksud di sini sebagai penulis Tafsir Al-Maraghi adalah Ahmad Musthafa Al-Maraghi, adik kandung dari Muhammad Musthafa Al-Maraghi.
Masa kanak-kanaknya dilalui dalam lingkungan keluarga yang religius. Pendidikan dasarnya ia tempuh pada sebuah Madrasah di desanya, tempat di mana ia mempelajari Alquran, memperbaiki bacaan, dan menghafal ayat-ayatnya. Sehingga sebelum menginjak usia 13 tahun ia sudah menghafal seluruh ayat Alquran. Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar-dasar ilmu agama yang lain.
Setelah menamatkan pendidikan dasarnya tahun 1314 H/1897 M, atas persetujuan orang tuanya, Al-Maraghi melanjutkan pendidikannya ke Universitas Al-Azhar di Kairo. Ia juga mengikuti kuliah di Universitas Darul Ulum Kairo. Ia berhasil menamatkan studinya di kedua Universitas ini pada saat bersamaan, tahun 1909 M.
Di kedua Universitas tersebut, Al-Maraghi mendapatkan bimbingan langsung dari tokoh-tokoh ternama dan ahli di bidangnya masing-masing pada waktu itu. Mereka antara lain Syekh Muhammad Abduh, Syekh Muhammad Bukhait Al-Muthi’i, Ahmad Rifa’i Al-Fayumi, dan lain-lain. Para tokoh inilah yang menjadi narasumber bagi Al-Maraghi, sehingga ia tumbuh menjadi sosok intelektual Muslim yang menguasai hampir seluruh cabang ilmu agama.