REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden RI, Boediono, memiliki gaya sendiri dalam mensosialisasikan kenaikan harga BBM kepada para wartawan. Siang itu, Selasa (20/3), bersamaan dengan acara makan siang ia memberikan semacam 'kuliah umum' kepada para wartawan yang biasa mangkal di Istana Wakil Presiden.
Boediono memulainya dengan guyonan: "Jadi, sidang kabinet bisa kita mulai?" tuturnya yang disambut gelak tawa para wartawan dan para staf khusus yang diundang pada jamuan tersebut. Maklum saja, ruang makan tersebut biasa digunakannya saat bersama para menteri melakukan sidang kabinet.
Selesai makan siang, bukannya langsung memulai agenda tanya-jawab Boediono justru meminta ajudannya mempersiapkan spidol dan papan tulis. "Saya ingin jadi dosen hari ini. Saya akan memakai papan tulis karena gambar lebih mudah dipahami daripada kata-kata," ujar Boediono.
Dalam kuliah tersebut, mantan dosen FE-UGM itu menjelaskan bahwa kebijakan menaikkan harga BBM oleh pemerintah tidak hanya dimaksudkan untuk menyeimbangkan antara harga BBM di dalam negeri dengan harga minyak dunia. kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi penyelewengan pemakaian BBM di dalam negeri yang semakin hari semakin besar.
"Kita tidak hanya ingin menyeimbangkan APBN 2012 saja. Lebih dari itu, sebenarnya yang kita inginkan adalah mengobati kebocoran ini," ujar Boediono, sambil menunjuk bejana yang digambarkannya memiliki lubang di bagian bawah.
Bejana yang digambarkan bejana oleh Boediono tersebut melukiskan BBM yang dimiliki Indonesia. Menurut Boediono, kebocoran bejana tersebut semakin hari semakin besar. "Ada kebocoran sistem. Sayang jika subsidi yang selama ini diberikan justru keluar di sini (Boediono menunjuk lubang bejana)," katanya.
Jalan satu-satunya, kata Boediono, adalah dengan menaikkan harga BBM. "Dengan ini saya haqqul yakin kebocoran ini bisa dikurangi," kata Boediono yang mengaku tidak tahu seberapa besar kebocoran tersebut saat ini.
Boediono membawakan kuliah BBM tersebut dengan santai. Ia sesekali mengeluarkan candaan kepada para wartawan yang bertanya pada sesi tanya-jawab. "Saya ingin mengetahui lebih banyak lagi nama-nama wartawan di sini. Supaya nanti kita bisa nyanyi bersama," kata Boediono yang memang hobi bernyanyi.
Di akhir kuliah yang berlangsung selama kurang-lebih satu jam tersebut, Boediono kembali mengeluarkan guyonan. Hal tersebut saat wartawan mengusulkan pertemuan selanjutnya diadakan di Pulau Bunaken. "Nanti kita ketemu lagi. Tapi jangan di Bunaken, nanti anggaran beliau dipotong," katanya sambil menunjuk salah seorang staf khususnya.
Ia pun pamit kepada sekitar 30 wartawan yang hadir dalam kuliah tersebut dengan menyalami mereka satu per satu. Terima kasih kuliahnya, Pak Boed....