Senin 02 Apr 2012 08:03 WIB

Konami: Paripurna APBN-P Hanya Sandiwara

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Chairul Akhmad
Rapat paripurna DPR-RI yang diantaranya membahas soal kenaikan harga BBM.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Rapat paripurna DPR-RI yang diantaranya membahas soal kenaikan harga BBM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hasil sidang paripurna terkait rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai hanya sebagai bentuk panggung sandiwara yang dipertontonkan kepada masyarakat Indonesia. Hasil tersebut dirasakan sebagai bentuk penipuan semata.

Keputusan maupun sikap DPR dan Pemerintah tersebut masih menuai kecaman. Bukan hanya masyarakat, Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami) mengecam hal tersebut.

Konami menyatakan tetap menyerukan perjuangan rakyat Indonesia belum selesai. Kesatuan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia ini menganggap rezim SBY-Boediono telah gagal memimpin bangsa.

Dalam pandangan Konami, kegagalan SBY memimpin negara ini bukan hanya soal BBM, tetapi juga rentetan peristiwa kekerasan dan penindasan di daerah-daerah.

"Melemahnya ekonomi kerakyatan karena investor asing, meningkatnya korupsi, jumlah pengangguran dan jumlah rakyat miskin, seluruhnya menjadi alasan bahwa rezim SBY sesungguhnya telah gagal dan berkhianat pada rakyat," kata Humas Komite Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami), Firman Tri Andika, Ahad (1/4).

Ditegaskan Firman, pihaknya akan terus melakukan perlawanan terhadap pemerintah, baik di Ibukota Jakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Hal tersebut sebagai semangat atas memorandum Konami yang telah tercetus sejak 27 Januari 2012 lalu.

Konami, tegas Firman, mendesak agar SBY-Boediono turun dari tampuk kekuasaan. Bagi Firman, seluruh mahasiswa yang ditangkap aparat kepolisian adalah pahlawan perjuangan rakyat yang telah menoreh tapak-tapak sejarah bangsa dengan tinta darah dan keringat. "Tuntutan kami, turunkan SBY-Boediono serta cabut mandatnya!" tegas dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement