REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Detasemen pertama tentara AS yang berjumlah 200 tentara tiba dari Hawaii di Robertson Barracks, Australia, Selasa dini hari (3/4).
Mereka tiba di pusat pelatihan gabungan permanen sebagai bagian dari perubahan kebijakan militer AS di kawasan Asia Pasifik. Mereka adalah gelombang pertama dari 2.500 tentara yang nantinya akan datang ke Australia hingga 2017.
November lalu, Presiden Barack Obama mengumumkan rencana mengirim lebih banyak pesawat militer dan marinir. Rencana tersebut bertujuan melindungi kepentingan AS di Asia.
Perdana Menteri Australia Julia Gillard mengatakan, para tentara akan dirotasi setiap enam bulan. Dalam pelatihan tersebut tidak ada perlengkapan dan kendaraan berat yag terlibat. Pelatihan udara dan laut juga akan diminimalisir.
"Tidak ada pangkalan militer AS di Australia dan akan tetap begitu," katanya, Rabu (4/4).
Kedatangan tentara AS disambut oleh Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith. Dalam sambutannya di barak tentara, kedatangan para tentara adalah hari bersejarah yang menandai 61 tahun hubungan diplomatik antara AS dan Australia.
"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, penempatan tentara AS ini adalah hal yang baik," kata Smith kepada ABC radio seperti dikutip dari AFP, Rabu (4/4).
"Kami tidak melihat Cina dan India sebagai ancaman," kata Smith.