Ahad 08 Apr 2012 20:03 WIB

Inilah Kunjungan Pertama Presiden Pakistan ke India

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Heri Ruslan
Kuil di kota Ajmer di Negara Bagian India utara Rajasthan yang akan dikunjungi oleh Presiden Pakistan Asif Ali Zardari hari ini, Ahad (8/4).
Foto: Rajesh Kumar Singh/AP
Kuil di kota Ajmer di Negara Bagian India utara Rajasthan yang akan dikunjungi oleh Presiden Pakistan Asif Ali Zardari hari ini, Ahad (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Presiden Asif Ali Zardari menjadi kepala pemerintahan Pakistan pertama yang mengunjungi India sejak 2005. Ahad (8/4), Zardari melakukan kunjungan satu ke India guna membangun hubungan baik antara kedua negara.

Kunjungan yang disebut sebagai kunjungan pribadi tersebut merupakan kemajuan diplomatik yang signifikan. Zardari melakukan santap siang bersama Perdana Menteri India Manmohan Singh sebelum mengunjungi tempat ibadah umat Muslim yang terletak 350 kilometer di selatan New Delhi.

Pertemuan kedua pemimpin tersebut mengundang reaksi dari beberapa pengamat. Mereka menilai kunjungan tersebut sebagai sinyal positif hubungan keduanya. Namun, aktivitas militan Pakistan terhadap India masih menjadi isu yang problematis.

India terus menekan negara tetangganya tersebut untuk mengadili pelaku serangan Mumbai pada 2008. India menuduh kelompok Lashkar-e-Taiba yang didirikan oleh Hafiz Saeed berada di balik serangan tersebut.

Saeed hidup bebas di Pakistan. Pemerintah Pakistan mengatakan tidak memiliki cukup bukti untuk menjerat Saeed. Pemerintah AS menawarkan 10 juta dolar AS untuk penangkapannya.

"Saya memiliki posisi yang sama dengan pemerintah Pakistan mengenai Saeed," ujar Zardari kepada wartawan di awal kunjungannya di Lahore, Sabtu (7/4).

Ia mengatakan, kunjungannya ke India merupakan hal yang wajar. Ia menambahkan, selain membicarakan soal agama, ia juga akan membicarakan persoalan lain.

Zardari dan Singh membahas berbagai masalah, mulai dari makanan kebab dan kari dari seluruh India sampai perselisihan atas wilayah Kashmir. Pengamat mengatakan, pertemuan di antara keduanya bisa saja menghasilkan sedikit kemajuan mengenai Kashmir.

"Kedatangan Zardari yang merupakan kunjungan pertamanya sebagai presiden bisa dilihat sebagai harapan," kata tabloid India, Mail Today dalam laporannya, Ahad (8/4).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement