REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL-- Negosiasi atas masalah nuklir Iran dengan Negara-negara Barat akan dilakukan pekan ini di Istanbul, Turki. Setelah sebelumnya Iran meragukan sikap netral Turki terhadap masalah ini yang menimbulkan reaksi keras dari Turki. Dalam dialog itu bakal ada negosiasi pada Jumat mendatang.
Negosiasi itu merupakan langkah pertama setelah setahun terjadi sanksi dari barat terkaiat pengembangan senjata nuklir Iran. Awalnya Iran dan negara-negara Barat yang terlibat pembicaraan, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Rusia, Cina, dan Jerman saling bertentangan mengenai tempat dilangsungkannya pembicaraan.
Iran menyuarakan kekhawatirannya mengenai pemilihan Turki sebagai tempat dialog. Iran mempertanyakan seberapa netral Turki terkait permasalahan ini. Iran dan Turki tidak sepaham dalam dua kebijakan luar negeri, yakni Turki menentang persekutuan Iran dan Presiden Bashar al-Assad di Suriah, serta Turki mendukung perisai rudal NATO untuk menghentikan rudal Iran.
Hal tersebut menimbulkan reaksi keras dari Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan. Ia menuduh Iran kehilangan kredibilitasnya di dunia dan menyarankan perundingan dipindahkan ke Suriah atau Irak. "Iran tahu dia akan ditolak," kata Recep Tayyip Erdogan seperti dilansir Press Tv, Senin (9/4).
Namun setelah debat berminggu-minggu, Iran dan enam negara kekuatan dunia setuju untuk menghadiri pertemuan pertama mereka di Istanbul. Semua pihak juga sepakat akan melakukan pembicaraan kedua di Baghdad jika ada kemajuan dalam pembicaraan di Istanbul tersebut.