Senin 09 Apr 2012 16:56 WIB

AS dan Sekutunya Tuntut Iran Stop Pengayaan Uranium

Rep: lingga permesti/ Red: Djibril Muhammad
Instalasi Nuklir Iran
Foto: AP
Instalasi Nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI — Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mendesak Iran untuk mengakhiri pengayaan tingkat tinggi dan menutup situs Fordow, Ahad (8/4). Desakan yang dilansir New York Times tersebut muncul jelang pertemuan nuklir Iran dengan Barat pada 14 April mendatang.

Enam negara besar yakni Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Perancis, Jerman menyerukan penghentian produksi pengayaan uranium 20 persen yang diyakini merupakan beberapa langkah untuk membuat bom nuklir. "Kami tidak mengetahui bagaimana pemerintah Iran akan bereaksi. Kami barangkali takkan mengetahuinya sampai setelah pertemuan pertama," kata seorang pejabat senior AS.

Israel juga menuntut diakhirinya pengayaan nuklir Iran. Israel juga mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Iran jika pembicaraan gagal ditindaklanjuti. Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, mengatakan dalam sebuah wawancara CNN, pertemuan harus berakhir sukses dan jelas.

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu juga menuntut pembicaraan berakhir dengan jelas. "Akhiri semua pengayaan uranium, ambil bahan pengayaan uranium dan kemudian membongkar instalasi illegal di Qom," katanya menegaskan.

Sebelumnya, media Iran dan pejabat barat mengatakan, pembicaraan lanjutan yang macet lebih dari setahun lalu akan kembali dimulai pada Sabtu (14/4) di Istanbul, Turki. Perundingan tersebut tadinya diragukan karena pernyataan berbeda dikeluarkan Iran dan Barat.

Iran pada awalnya menolak mengadakan pembicaraan di Turki karena sikap Turki yang bertentangan mengenai masalah Suriah. Namun, menurut kantor berita Iran, Fars, Iran dan enam kekuatan dunia setuju untuk bertemu di Istanbul. Fars juga mengatakan Iran setuju untuk melanjutkan pembicaraan putaran kedua di Baghdad jika ada kemajuan di Istanbul.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement