REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta - Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Rabu pagi belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp 9.165 per dolar AS.
"Masih cukup kuatnya sentimen negatif global mendorong Bank Indonesia mengintervensi nilai tukar dalam negeri sehingga ada sentimen tarik menarik di pasar uang dan membuat rupiah bergerak stagnan," analis pasar uang Treasury Telkom Sigma, Rahadyo Anggoro di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan, masih melemahnya pasar saham dalam negeri seiring beberapa investor asing yang melakukan profit taking dan mengalihkan dananya dalam bentuk dolar AS menjadi salah satu pemicu rupiah tertekan terhadap dolar AS. "Aksi 'profit taking' investor dikarenakan minimnya sentimen positif baik dari dalam negeri maupun eksternal," kata dia.
Ia mengatakan, posisi suku bunga acuan (BI rate) di 5,75 persen yang diperkirakan masih dipertahankan oleh Bank Indonesia, kondisi itu membuat rupiah tidak pernah bergerak di bawah level Rp 9 ribu per dolar AS.
Selain itu, lanjut dia, ekonomi global yang diprediksi masih melanjutkan perlambatan ekonomi membuat pelaku pasar uang cenderung memegang dolar AS sebagai penjaga nilai aset investor.
Ia memprediksi, pergerakkan nilai tukar domestik terhadap dolar AS pada haroi ini di kisaran Rp 9.140-Rp 9.200 per dolar AS. Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianigsih mengatakan, nilai tukar dalam negeri cenderung melemah pada hari ini dipicu dari sentimen global yang negatif.
"Sentimen pasar global kembali negatif karena kekawatiran terhadap imbal hasil obligasi Spanyol dan Italia yang kembali naik," kata dia.
Ia mengatakan, Spanyol gagal mendapat permintaan utang dari target senilai 3,5 miliar euro pada lelang minggu lalu. "Sentimen negatif dari Uni Eropa itu mendominasi pasar global," kata dia.