REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
Janganlah kita menyiksa diri sendiri. Sesungguhnya mencintai diri sendiri merupakan bagian dari amanah dari Allah SWT, sang pencipta semua mahluk. Mencintai diri dengan cara menerima segala kekurangan yang ada pada diri sendiri dan mensyukuri kelebihan yang diberikan Sang Pencipta. Jika bukan diri kita sendiri yang memulai untuk mencintai, lalu siapa lagi yang mencintai diri kita.
Marilah kita memberi cinta sepenuh hati hingga jiwa semakin istiqomah untuk terus memperbaiki dan memperbaiki menuju kesempurnaan dan kesucian jiwa. Tatalah diri sendiri, arahkan diri sendiri, rawat diri sendiri, hingga iman Islam menancap kokoh dalam jiwa. Hingga jiwa tersibghoh dengan sempurna dengan celupan Illahi. Mencintai diri sendiri dengan menjaga dan senantiasa memperbaharui keimanan kita.
Hargailah setiap kebaikan yang telah berhasil dicapai, sekecil apapun itu. Sesungguhnya seorang Muslim yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, melainkan mereka yang setiap kali melakukan kesalahan sadar dan mengakuinya, menerimanya dan kemudian berusaha bangkit untuk memperbaikinya, lagi dan lagi. Tidak perlu sakit hati, tidak perlu ada kecewa. Karena sesungguhnya segala sesuatu bagi seorang Muslim adalah baik selama dia bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar saat diberikan ujian.
Mencintai diri sendiri berbeda dengan menganggumi diri sendiri (ujub). Mengutip pernyataan Imam Musa al-Kazim (as), terdapat beberapa tingkatan ujub. Salah satunya ketika perbuatan buruk dianggap baik oleh dirinya sendiri; ia menilai perbuatan-perbuatan tersebut sebagai perbuatan baik dan mencintai dirinya sendiri, dengan membayangkan dirinya sendiri sedang melakukan perbuatan mulia.
Tingkatan ujub lainnya adalah ketika seseorang percaya bahwa dengan yakin kepada Tuhan berati ia telah berbuat baik kepada Tuhan; padahal sesungguhnya Tuhan Yang Maha Kuasa-lah yang menganugerahinya kebaikan (dengan memberkatinya). Larangan menganggumi diri sendiri sudah sangat jelas.
Katakan (Muhammad): “Apakah akan Kami beritahu padamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”.(QS [18]: 103-104) dan Imam Ali (as) berkata: “Ia yang hatinya ditumbuhi rasa ujub, akan dihancurkan. [Al-Saduq, al-‘Amali, hal. 447].
Sangat jelas sebenarnya perbedaan antara mencintai diri sendiri dengan mengagumi diri sendiri. Mencintai diri sendiri itu berasal dari lubuk hati, dari jiwa yang paling dalam dengan tulus tanpa pamrih. Mencintai diri sendiri dengan maksud terus mensupport agar keberadaan kita di muka bumi untuk terus beribadah kepada Allah dan dapat bermanfaat bagi semua mahluk hidup. Sebagaimana Allah berfirman; “Tidak Ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.” [QS Adz Dzariat: 56]
Ada beberapa yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mencintai diri sendiri menuju kesempurnaan dan kesucian diri. Di antaranya; pertama pernyataan positif untuk diri sendiri untuk meningkatkan rasa percaya diri. Kedua berhentilah memberi “label” negatif pada diri kita. Jangan biarkan nilai atau persepsi negatif menguasai kehidupan kita, baik itu berkaitan dengan diri anda sendiri, hal yang telah ataupun yang belum Anda lakukan.
Dan ketiga memberi waktu untuk diri sendiri untuk rehat sebentar untuk menyenangkan diri sendiri. Anda dapat berjalan-jalan di taman, membaca buku bagus, atau menikmati makanan kesukaan kita. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan hubungan dengan diri sendiri, dan menciptakan perasaan lebih baik untuk memulai hari yang baru.