REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM-- Partai Demokrat Sudan Selatan, The South Sudan Democratic Front Party (SSDFP) mengatakan, konflik yang terjadi di kota kaya minyak Heglig di Sudan Selatan merupakan bagian dari konspirasi Barat terhadap Sudan. Dengan terlibat dalam konflik dua Negara tersebut, Amerika Serikat dan Negara Barat memiliki tujuan lain yakni menggulingkan pemerintahan Sudan.
Ketua partai SSDFP Profesor David de Chand mengatakan, konflik yang terjadi di Heglig merupakan bagian dari konspirasi internasional terhadap Sudan. Sebab menurutnya tak ada alasan sama sekali bagi pemerintah Sudan Selatan untuk menyerang Heglig, yang secara internasional diakui menjadi bagian Sudan.
“Mereka punya senjata dari luar negeri dan itu adalah bagian dari konspirasi terhadap pemerintah Sudan,” kata dia seperti dilansir PressTv, Jumat (27/4).
Sudan Selatan merdeka pada 9 Juli 2011 lalu, setelah puluhan tahun terjadi konflik dengan utara. Negara baru yang kaya minyak tersebut merupakan salah satu Negara paling tak berkembang di dunia. Satu dari tujuh anak meninggal sebelum mencapai usia lima tahun.
Pasukan Sudan Selatan merebut Heglig pada pertengahan April. Hal tersebut kontan memicu pemberontakan di perbatasan yang memakan korban dari kedua belah pihak. Senin (23/4) lalu, juru bicara Sudan Selatan Barnaba Marial Benjamin mengatakan, pasukan Sudan Selatan akhirnya ditarik mundur dari Heglig. Namun ia mengklaim Sudan terus melancarkan serangan selama penarikan pasukan di wilayah tersebut.
Khartoum membantah tuduhan tersebut. Ia mengatakan pemberontak telah melakukan serangan di sisi perbatasan miliknya. Sementara De Chand menambahkan, AS dan Negara Barat turut campur dalam konflik Sudan dan Sudan Selatan dengan tujuan menggulingkan pemerintahan Presiden Sudan Omar al-Bashir.