Senin 30 Apr 2012 23:09 WIB

Dukungan Relawan Turki dan Gaza untuk RSI

Bocah-bocah Palestina di dekat lokasi pembangunan RSI di Gaza.
Foto: Dok MER-C Gaza
Bocah-bocah Palestina di dekat lokasi pembangunan RSI di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – "Pantang kembali atau mundur ke belakang, jika amanah yang diemban belum selesai dilaksanakan. Karena ketika berangkat menunaikan amanah, kapal yang akan membawa kami kembali sudah kami bakar. Tidak ada kata lain selain maju terus meraih kemuliaan di sisi Allah SWT."

Demikian tekad dan 'baiat' para relawan MER-C yang hampir dua tahun ini mengawal pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Jalur Gaza, Palestina.

MER-C juga tidak menampik vitalnya peran berbagai pihak di Gaza sehingga pembangunan rumah sakit bantuan rakyat Indonesia itu bisa berjalan lancar. Terutama peran pemerintah Gaza yang mewakafkan lahan kepada MER-C Indonesia untuk dibangun RSI.

"Kemudian teman-teman seperjuangan dari negeri Khalifah Utsmaniyah Turki, terutama Muhammad Kaya dari IHH Turki yang memberikan dukungan penuh dari awal hingga kahir demi terlaksananya pembangunan RSI ini," ungkap Relawan MER-C, Abul Ghazi, Senin (30/4).

Bahkan, kata dia, tatkala terjadi perbedaan pendapat antara tim MER-C Gaza dan pihak Kementerian Kesehatan Gaza, Muhammad Kaya tampil terdepan membela MER-C. Kemudian dia juga merekomendasikan Jomah An-Najjar untuk menjadi sharing partner MER-C dalam proses pembangunan RSI. "Beliau (Muhammad Kaya) membantu kami siang dan malam demi berdirinya RSI," tutur Ghazi.

Tak jarang pula Muhammad Kaya memberikan nasihat-nasihat berharga kepada tim MER-C selama di Gaza. Salah satu nasihat Muhammad yang masih diingat para relawan adalah ketika dia mengatakan bahwa dalam menjalankan amanah orang Turki memiliki prinsip pantang menyerah.

"Pantang kembali atau mundur ke belakang, jika amanah yang diemban belum selesai dilaksanakan. Karena ketika berangkat menunaikan amanah, kapal yang akan membawa kami kembali sudah kami bakar. Tidak ada kata lain selain maju terus meraih kemuliaan di sisi Allah SWT. Prinsip inilah yang selalu beliau pegang teguh dan sampaikan kepada setiap relawan," ungkap Ghazi.

Para relawan di Gaza juga tidak pernah menyangka akan terlaksananya pembangunan RSI. "Kami hanya manusia dhaif yang tidak lebih baik dari yang lain, yang hanya menjalankan amanah yang begitu besar di pundak kami. Berangkat dengan hanya bermodalkan ketaatan semata, tanpa ilmu dan pengetahuan yang memadai," kenang Ghazi.

Bahkan, penguasaan bahasa asing (Arab) yang harus ada pada relawan pun, tidak ada. Ketika datang pertama kali dan disapa, "Kaifa haluka (apa kabar?)" oleh warga Gaza, para relawan hanya bisa bengong.

Namun kini, mereka sudah bisa dengan fasih berbahasa Arab harian, karena setiap hari kontak dengan para pekerja. "Ini salah satu contoh nikmat yang Allah berikan. Dan masih banyak nikmat-nikmat Allah yang begitu besar. Kami hanya bisa mengucapkan syukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya," pungkas Ghazi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement