REPUBLIKA.CO.ID, KABUL-- Ratusan pria dan wanita turun ke jalan-jalan di Kabul, Afganistan. Mereka menuntut pimpinan pasukan pendudukan untuk meninggalkan Afghanistan.
Demonstrasi pada Senin (30/4) lalu ini, dilakukan oleh kelompok pro-demokrasi. Aksi digelar untuk mengenang rekan mereka yang tewas dalam perang saudara di awal 1990-an.
Setelah pemerintah pro-Soviet digulingkan, Kabul jatuh ke tangan pasukan mujahidin. Setelah sebelumnya pada 30 April 1992, pasukan mujahidin melawan pasukan Soviet dan pemerintahan pro-Soviet. Mujahidin kemudian mengganti nama negara tersebut dengan nama Afghanistan.
Para pengunjuk rasa Senin lalu, menyerukan hukuman bagi mereka yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia selama tiga dekade terakhir dari perang di Afghanistan.
Mereka juga menuduh pemerintah di Washington dan Kabul membuat perjanjian dengan "penjahat perang", untuk menempatkan mereka dalam pemerintahan.
Pada hari Sabtu lalu, Komisi Hak Asasi Manusia Afghanistan mengatakan, beberapa tersangka kejahatan perang telah menghancurkan kuburan massal untuk menutupi bukti dari tindakan mereka.