Selasa 01 May 2012 21:34 WIB

Kilang Balongan dan Tuban Terancam Molor

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Chairul Akhmad
Pekerja melintas dengan sepeda berlatarbelakang Unit pengolahan Minyak VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat.
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja melintas dengan sepeda berlatarbelakang Unit pengolahan Minyak VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembangunan Kilang Balongan, Jawa Barat dan Kilang Tuban, Jawa Timur terancam molor. Pasalnya, hingga kini pemerintah belum menemukan titik temu dengan rekanan Pertamina terkait insentif yang bakal diberikan.

“Kita sebenarnya ingin mulai pembangunan di 2015 nanti,” kata Dirjen Migas Kementrian ESDM, Evita H Legowo, Selasa (1/5). “Tapi tidak tahu ini situasinya begini, harusnya insentif itu keluarnya saat ini.”

Untuk pembangunan Kilang Balongan misalnya, belum semua permintaan rekanan Pertamina ,yakni Kuwait Petroleum International Company (KPIC) bisa dikabulkan pemerintah.

Pasalnya, perusahaan tersebut meminta insentif yang terlalu banyak. “Kita tidak bisa memberikan 100 persen permintaan Kuwait,” ujar Evita. Menurutnya, jika semua keinginan KPIC dikabulkan, kemungkinan impor bakal terpengaruh.

Sebagaimana diketahui, KPIC meminta RI memberi insentif pajak penghasilan. Bukan hanya itu, mereka menginginkan insentif lain, yakni pembebasan bea masuk untuk peralatan, teknologi, katalis, dan bahan-bahan kimia untuk pengembangan kilang.

KPIC menyatakan kesiapannya untuk berinvestasi di kilang baru Balongan dengan nilai investasi 9 miliar dolar AS. Pertamina dan KPIC pun sudah menandatangani kesepakatan untuk melakukan studi kelayakan yang berkapasitas 200-300 ribu barel per hari.

Untuk pembangunan Kilang Tuban bersama rekanan Pertamina, Saudi Aramco Asia Company Limited (SAAC), permintaan insentif juga masih belum selesai. Evita mengatakan pemerintah ingin mengejar penyelesaian studi lapangan terlebih dahulu.

“Kalau join study selesai, baru nanti kita tanyakan apa tambahan insentif yang diinginkan,” katanya. Karenanya, ia mengaku pihaknya akan membicarakan hal ini kembali dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) agar ada titik terang.

Dengan adanya kilang baru, maka Indonesia bisa mengurangi impor bahan bakar. Saat ini, Indonesia memiliki enam kilang pengolahan minyak mentah yang dikelola Pertamina dengan kapasitas 40,6 juta kiloliter per tahun.

Keenam kilang tersebut berada di Dumai, Riau, dengan 170 ribu barel per hari. Lalu Plaju, Sumsel, 118 ribu barel per hari dan Cilacap, Jateng, dengan 348 ribu barel per hari. Ada pula Balikpapan, Kaltim, dengan 260 ribu barel per hari. Lalu Balongan, Jabar, 125 ribu barel per hari dan Kasim, Papua Barat, 10 ribu barel per hari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement