Kamis 03 May 2012 20:51 WIB

Jika Jadi Presiden, Hollande Tetap Larang Jilbab

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Muslim Prancis
Muslim Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Umat Muslim di Prancis saat ini sedang dirundung dilema jelang putaran kedua Pemilu Presiden Prancis. Pasalnya, imbauan para Imam Prancis agar umat Muslim menggunakan hak suaranya pada Pilpres mendatang melahirkan kebimbangan. Sebab, meski umat Muslim nantinya tidak memilih Presiden Nicolas Sarkozy yang selalu menyudutkan Muslim Prancis, kandidat Presiden Prancis dari Partai Sosialis, Francois Hollande juga secara tersurat juga mengikuti jejak Sarkozy jika terpilih.

Ya, Hollande menegaskan dirinya tidak akan membiarkan ada pemisahan dalam ruang publik seperti kafe atau kolam renang guna memuaskan masyarakat muslim. Ia pun memastikan untuk tetap mendukung larangan terhadap muslimah untuk mengenakan jilbab atau burka di Prancis.

"Saya akan terus melarang penggunaan jilbab atau burka. Untuk jam renang berbeda tidak akan saya toleransi," kata dia seperti dikutip Asosiated Press, Kamis (3/5).

Dari pernyataan Hollande tersebut, jelas isu yang menyebut komunitas Muslim mendukung pencalonannya salah besar. Penegasan Hollande itu mematahkan isu yang dihembuskan kubu Sarkozy yang menuduh partai sosialis meminta masjid-masjid di Prancis untuk memilih Hollande.

Sebelumnya, otoritas keagamaan Muslim di Prancis menyangkal mereka meminta pemilih untuk mendukung Hollande. Dalam wawancara dengan AFP, Pemimpin Dewan Agama Islam Prancis, Abdallah Zekri, mengatakan imam masjid memang meminta umat untuk memilih dalam pemilu. Tapi ia tak memberi instruksi mengenai siapa yang harus dipilih.

Hollande berhasil melangkah ke putaran kedua Pilpres Prancis, Ahad (22/4) dan bakal bersaing dengan Presiden Sarkozy. Hollande maju ke putaran kedua pada 6 Mei, unggul tipis dari Sarkozy pada putaran pertama yang dilakukan Ahad lalu. Yang cukup mengejutkan, hampir satu dari lima pemilih justru memilih kandidat sayap kanan Marine Le Pen.

Le Pen berada di urutan ketiga. Hal itu menjadikannya mempengaruhi politik Prancis dengan kebijakan antiimigrasinya yang menargetkan Muslim. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Prancis, dari 99 persen suara yang dihitung, Hollande berhasil mengumpulkan 28,6 persen suara. Sarkozy memperoleh 27,1 persen suara.

Usai mengetahui hasil sementara pemilihan presiden, Hollande berjanji akan memotong utang besar Prancis, mendorong pertumbuhan dan mempersatukan Prancis yang terpecah saat kepemimpinan Sarkozy.

"Malam ini saya menjadi kandidat yang akan melakukan perubahan," ujar Hollande penuh percaya diri kepada pendukungnya yang mengelu-elukannya di Tulle.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement