REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keyboardist grup band Kerispatih, Badai sedang dirundung duka. Pasalnya, ayah mertua Badai, Herman Suladji adalah salah satu korban pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menubruk lereng Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/5) pekan lalu. Belum adanya kejelasan terkait nasib ayah mertuanya, membuat jadwal konser keliling kota Kerispatih terpaksa disusun ulang.
Solidaritas pun ditunjukan para personel Kerispatih lainnya. Badai mengaku telah me-reschedule beberapa jadwal konser keliling kota. "Mulai dari tanggal 8-13 Mei kemarin, kita (Kerispatih) harusnya ada konser. Tapi teman-teman ngerti akhirnya kita me-reschedule," ujar Badai ketika dijumpai di RS Polri Jakarta, Selasa (15/5).
Jadwal ulang konser Kerispatih itu dilakukan karena hingga kini ia dan istrinya masih belum memperoleh kejelasan soal nasib ayah mertuanya tersebut. "Dari hati kecil, kita masih terus berharap," sebut pemilik nama asli, Doadibadai Hollo itu.
Musisi 34 tahun itu mengatakan, jadwal konser Kerispatih yang tak mungkin untuk dijadwal ulang adalah konser pada 16 Mei mendatang. Konser yang dijadwalkan di Jakarta itu, Kerispatih akan tampil secara akustik. "Ini tanggungjawab saja sebagai leader. Nggak mungkin juga kita harus reschedule," sebut jebolan Universitas Trisakti itu mengakhiri.