REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi yakin ada pembicaraan khusus terkait Pilpres 2014 pada pertemuan antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Prabowo Subianto di Istana Tampak Siring, Bali, beberapa waktu lalu. Menurutnya, pertemuan antara dua pemimpin besar tersebut tidak mungkin hanya semata-mata reuni.
"Saya sangat yakin (terdapat pembicaraan mengenai Pilpres 2014)," ujar Burhan kepada Republika, Kamis (17/5).
Menurut Burhan, kemungkinan Prabowo dicalonkan Demokrat sangat besar. Jadi wajar jika terdapat spekulasi-spekulasi terkait hal tersebut. "Jika keduanya bersinergi, maka hal itu akan menjadi simbiosis mutualisme antara keduanya," kata Burhan.
Dijelaskannya, Prabowo adalah calon presiden potensial pada Pilpres 2014. Apalagi Prabowo tidak memiliki kendaraan politik Partai Gerindra, kemungkinan besar tidak akan memenuhi persyaratan ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen, seperti termaktub dalam UU nomor 42 tahun 2008.
Di saat bersamaan, lanjut Burhan, Partai Demokrat tidak memiliki calon presiden definitif. "Demokrat tentunya tidak ingin suara mereka yang besar menjadi mubazir, jika tidak diberikan kepada calon yang tidak punya potensi menang. Di samping itu, SBY juga sudah kecapekan dengan dukungan dari PKS dan Golkar yang sering bermain dua kaki," katanya.
Meskipun saat ini Gerindra berstatus partai oposisi pemerintah, menurut Burhan, partai berlambang kepala burung garuda itu bisa berbalik mendukung Demokrat seandainya terdapat kesamaan kepentingan. "Sangat mungkin. Gerindra pernah sejalan dengan Demokrat pada Pansus Mafia Pajak," katanya mengakhiri.
Hubungan SBY dengan Prabowo pun, tutur Burhan, lebih mungkin dicairkan ketimbang hubungan antara SBY dengan Wiranto.