Selasa 22 May 2012 21:50 WIB

Ustadz Uje Dampingi Salah Satu Keluarga Korban Sukhoi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Hazliansyah
A family member is shocked on Tuesday, afer witnessing the body of her relative who becomes the victim of Sukhoi crashed plane.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
A family member is shocked on Tuesday, afer witnessing the body of her relative who becomes the victim of Sukhoi crashed plane.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustadz Jefri Al Bukhori atau yang akrab disapa Uje mendatangi Rumah Sakit Polri. Kedatangannya untuk mendoakan sekaligus melihat jasad orang tua dari teman anaknya yang ikut menjadi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100.

Uje mengaku kaget saat mendengar bahwa ibu dari teman anaknya ikut menjadi korban jatuhnya pesawat naas tersebut. "Kebetulan Maisyarah itu ibu dari temen sekolah anak saya di Sekolah Harapan Ibu, anak almarhum Nanit sering main kerumah, bahkan sering nginep," ujarnya Selasa (22/5).

Uje menguatkan Nanit, putri almarhum saat ingin melihat kondisi jasad ibundanya. "Waktu mau buka peti saya tanya lagi beneran kuat atau tidak, soalnya Nanit ini masih kelas 6 SD, dia sempet drop tapi cukup kuatlah menerima cobaan ini," ujarnya.

Uje mengatakan sesungguhnya manusia dihidupkan untuk dimatikan. "Namun Allah dengan Maha BijakNya tidak ingin manusia hidup dalam kesendirian, sehingga Allah memberikan manusia pasangan hidup, diberikan pekerjaan agar manusia tidak bosan menunggu mati," ujarnya.

Tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi ini adalah ujian kelapangan dada bagi keluarga korban. "Ini adalah ujian untuk menerima atau tidaknya takdir Allah SWT," ujarnya. Dia berpesan bahwa pasti Allah memberikan hikmah yang besar dibalik kejadian ini dan kepada keluarga yang ditinggalkan agar ikhlas menerima cobaan tersebut, serta tidak terlalu larut dalam kesedihan.

Terkait dengan masalah pemakaman, Uje memberikan penjelasan bahwa Islam memberikan suatu tuntunan dalam berbagai kondisi.

"Dalam kondisi seperti ini, dimana mayat sudah tidak berbentuk lagi dan sudah berbau, saya pikir para ulama sudah jelas untuk memberikan kata darurat, kan tidak mungkin jenazah dibawa pakai keranda," ujarnya.

Selain itu, hal tersebut juga untuk menjaga perasaan keluarga mengingat kondisi jenazah sudah tidak utuh lagi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement