REPUBLIKA.CO.ID, Kabar gembira serupa, meski dalam konteks dan kasus berbeda, juga diterima oleh orang-orang terdekat Rasulullah.
Kabar gembira pernah diterima oleh Khadijah, berupa rumah di surga yang terbuat dari mutiara. Istri termuda Rasulullah, Aisyah, memperoleh berita gembira saat Allah SWT membebaskannya dari Hadis Al-Ifki, fitnah tentang perselingkuhan yang pernah dituduhkan padanya, padahal tudingan itu sama sekali tidak benar.
Selain mereka berdua, sahabat Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Bilal bin Rabah, pernah mendapat kehormatan dengan berita-berita gembira dari Rasulullah.
Bisyarah atau kabar gembira sesuai dengan arti harfiahnya. Dalam Mu'jam Maqayis al-Lughah, Ibnu Faris menyebutkan arti kata itu bermakna terlihatnya sesuatu dengan indah. Bisa pula berarti member kabar gembira.
Hal yang sama juga ditekankan oleh Ar-Razi. Menurut dia, secara umum, arti kata bisyarah digunakan untuk kabar baik. Jika kata tersebut dimaksudkan untuk keburukan dalam sebuah ayat, biasanya akan selalu disertai dengan keterangan tertentu, misal ayat ke-21 surah Ali Imran.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih."
Dalam Ensiklopedia Akhlak Muhammad, Mahmud Al-Mishri menjelaskan, membiasakan diri untuk membawa kabar gembira untuk orang sekitar termasuk dari kesempurnaan iman. Menyebarkan berita gembira tersebut di antara amal baik yang mendatangkan kebahagiaan kepada Muslim lainnya.
Dalam sebuah riwayat oleh Thabrani, dijelaskan bahwa manusia yang paling disukai Allah adalah manusia yang paling bermanfaat dan amal yang paling disukai Allah adalah kamu mendatangkan kebahagiaan kepada Muslim.
Dalam Islam, anjuran menyampaikan kabar gembira tersebut sangat ditekankan. Berbagi kabar gembira kepada orang lain—sekalipun dalam praktiknya seringkali penerimaan orang berbeda—memiliki manfaat yang banyak. Berbagi berita gembira mampu melapangkan dada dan membahagiakan hati, selain pula dapat menjadi ciri iman dan keislaman yang baik, memperkuat tali silaturahim antara pemberi dan penerima kabar, serta dapat mendatangkan ketenangan dan meningkatkan kualitas spiritual.