REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi akan melakukan perjalanan bersejarah. Untuk pertama kalinya dalam 24 tahun, ia akan melakukan perjalanan ke luar negeri, Selasa (29/5).
Sinar lampu Bangkok akan menyapa Suu Kyi ketika ia tiba di ibukota Thailand Selasa malam. Sangat kontras dengan tempat tinggalnya di Yangon dimana terjadi pemadaman listrik setiap hari.
Pemimpin demokrasi yang menghabiskan 15 tahun dalam tahanan tersebut akan memberikan pidato pekan ini pada Forum Ekonomi Dunia di Asia Timur di Bangkok. Sampai saat ini, Suu Kyi menolak meninggalkan Myanmar usai ia dibebaskan. Jika ia pergi dari Myanmar, ia khawatir tidak akan diizinkan masuk kembali ke negaranya.
Sejak Suu Kyi dibebaskan 18 bulan lalu, partainya memenangkan pemilihan parlemen. Suu Kyi sekarang telah duduk di parlemen yang didominasi junta militer.
Presiden Thein Sein melakukan beberapa langkah reformasi demi terciptanya iklim demokrasi. Ratusan tahanan politik telah dibebaskan, protes disahkan, sensor media mereda dan dialog dengan pemberontak etnis minoritas dilakukan. Begitu juga dengan liberalisasi ekonomi yang semakin maju.
Langkah-langkah tersebut dan terpilihnya Suu Kyi dalam parlemen telah meyakinkan negara Barat untuk melonggarkan sanksi dan embargo bagi Myanmar. Gerakan reformasi juga memungkinkan Suu Kyi melakukan perjalanan ke luar negeri dan kembali ke negaranya.
"Setelah pemilu 2010, tidak ada yang percaya ini akan terjadi. Ini di luar dugaan kami," kata mantan pengasingan Myanmar dan editor majalah Thailand berbahasa Inggris Irrawaddy, Kyaw Zwa Moe.
Zwa Moe mengatakan, melihat Suu Kyi bisa meninggalkan Myanmar dan menghadiri acara besar adalah kemajuan signifikan bagi pemerintahan Thein Sein. Menurutnya, dunia telah melihat Suu Kyi sebagai pemimpin Myanmar. Hal itu adalah kesempatan bagi Suu Kyi meyakinkan masyarakat internasional untuk meneruskan reformasi.
Thein Sein juga dijadwalkan memberikan pidato di forum yang sama. Namun, ia membatalkan kunjungannya karena kehadiran Suu Kyi.
Suu Kyi kini mendapatkan perhatian internasional. Sebagai anggota parlemen yang diharapkan dapat membawa perubahan, ia juga adalah simbol harapan-harapan baru bagi masyarakat.
Suu Kyi adalah putri pemimpin pejuang Myanmar untuk kemerdekaan Inggris. Ia bersekolah di Inggris dan menikahi seorang akademisi Inggris Michael Aris.
Dia kembali ke tanah airnya pada 1988 untuk merawat ibunya yang sakit. Sayangnya, ia terjebak dalam pemberontakan demokrasi yang melanda negara itu. Suu Kyi pertama kali ditahan pada 1989. Sejak saat itu, ia menolak untuk pergi bahkan setelah suaminya didiagnosis kanker. Aris meninggal pada 1999.
Bulan depan Suu Kyi akan mengunjungi Swiss, Norwegia dan Inggris. Dia akan memberikan pidato di Jenewa dalam konferensi buruh internasional pada 14 Juni. Ia juga dijadwalkan mengunjungi Inggris selama satu pekan mulai 18 Juni di mana dia akan memberikan pidato pada kedua majelis parlemen.