Rabu 30 May 2012 18:40 WIB

Riset: Muslim Intimidasi Narapidana Penjara Whitemoor

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
Penjara  (Ilustrasi)
Foto: deeinform.blogspot.com
Penjara (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Narapidana penjara Whitemoor mengaku diintimidasi narapidana muslim. Demikian hasil riset peneliti kriminologi Universitas Cambridge dalam laporannya berjudul 'Konflik dan Ketegangan antara dan di dalam Kelompok Agama' seperti dikutip telegraph.co.uk, Rabu (29/5).

Disebutkan dalam laporan itu, para narapidana non-muslim dipaksa berpindah agama atau menjadi muslim guna melindungi diri dari intimidasi. Pihak sipir sendiri mengaku tidak dapat berbuat banyak lantaran naripidana Muslim begitu kuat dan dominan.

"Ada sejumlah intimidasi yang dilakukan kalangan Muslim guna membangun pengaruh. Narapinadana non-Muslim diminta untuk mengenakan celana ketika mereka mandi. Sementara narapidana Muslim enggan untuk ambil bagian saat memasak daging babi di dapur," demikian isi laporan itu.

Penjara HMP Whitemoor terletak jauh dari pemukiman penduduk, dan merupakan rumah bagi 440 tahanan Kategori A dan B. Dibuka pada 1991, tiga tahun kemudian penjara ini merupakan tempat ditahannya para pejuang kemerdekaan Irlandia Utara (IRA). Pada 2008, ada laporan tentang masuknya pengaruh kelompok radikal dalam penjara.

Dari laporan itulah, peneliti Cambrigde melakukan riset pada 2009 dan 2010. Di awal riset, mereka menemukan fakta bahwa sepertiga narapidana merupakan Muslim. Jumlah ini merupakan tertinggi dibandingkan dengan penjara-penjara lain yang hanya menampung Muslim sekitar 11 persen.

Dari hasil wawacara lanjutan, non-Muslim dan petugas penjara mengklaim narapidana Muslim merupakan kelompok terorganisasi yang mengeksplotasi ketakutan. Mereka mengaku akan menghadapi tekanan berat ketika menolak untuk berpindah agama.

"Atmosfer penjara ini didominasi fanatisme agama atau ideologi ekstrimis," demikian kesaksian narapidana non-Muslim dan sipir penjara.

Selanjutnya, para peneliti dalam laporannya menyimpulkan populasi penjara yang begitu beragam, mulai dari kalangan muda, kulit hitam, etnis minoritas dan mendominasinya tahanan Muslim telah mengubah hierarki sosial dalam penjara. Hubungan antar tahanan menjadi kompleks.

Di dalam penjara, kata peneliti, tampak kelompok narapidana yang dominan sehingga meningkatkan risiko bentrokan dalam penjara. "Secara khusus, ada ketakutan dalam penjara terkait dengan tumbuh kembangnya kelompok ekstrimis dan radikal. Yang lebih menonjol, dalam praktik, adalah tekanan (dan godaan) dirasakan oleh beberapa tahanan untuk memeluk Islam," demikian kesimpulan peneliti.

Seperti diberitakan, jumlah Muslim muda yang mendekam di penjara Inggris meningkat pesat selama satu dekade terakhir. Penasihat layanan Penjara Her Majesty, Ahysham Ali, mengatakan populasi pemuda Muslim yang mendekam di penjara mencapai 10.600 orang. Angka itu meningkat 10 kali lipat dari tahun 1991 yang mencapai 1.957 orang.

"Ini merupakan tragedi. Banyak imam dari Timur Tengah didatangkan. Sayang, sebagian besar dari mereka tidak bisa berbahasa Inggris," katanya.

Karena itu, ia mengharapkan para imam lebih merangkul pemuda Muslim. Caranya, dimulai dengan melibatkan mereka dalam proyek di masjid, madrasah, dan Islamic Center. Dengan begitu, diharapkannya agar mereka terhindar dari kejahatan dan konsumsi obat-obatan terlarang," pungkasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement