Rabu 30 May 2012 22:31 WIB

Ramlan Surbakti: Dahulukan Bahas RUU Pilkada

Mantan Wakil Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ramlan Surbakti
Mantan Wakil Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ramlan Surbakti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Prof Ramlan Surbakti, berpendapat, pembahasan RUU Pilkada harus didahulukan. Menurutnya, RUU Pilkada sifatnya umum, sehingga akan memudahkan sinkronisasi dengan peraturan lainnya.

"UU Pilkada menjadi peraturan dasar karena kepala daerah dipilih secara politik melalui pemilihan umum sehingga ini penting dibahas terlebih dulu untuk sikronisasi dengan peraturan yang lain," katanya dalam seminar "Pembahasan RUU Pemda dan Pilkada, Bersamaan atau Berurutan?" di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5).

Hal tersebut ia sampaikan untuk menanggapi agenda pembahasan tiga RUU oleh DPR, yakni RUU Pemda, RUU Pilkada dan RUU Desa yang diajukan pemerintah setelah disahkannya revisi atas UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.

Menurut dia, masalah mekanisme pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah juga mendesak untuk direvisi karena selama ini telah timbul persoalan menyangkut kepemimpinan daerah tersebut yang menimbulkan pemerintahan tidak stabil.

"Hal itu terjadi karena hubungan tidak harmonis antara kepala daerah dan wakilnya yang memang hanya menikmati masa bulan madu sekitar tiga bulan, setelah itu muncul perselisihan terus-menerus," katanya. Maksud Ramlan soal "masa bulan madu" adalah waktu pengenalan untuk menyamakan visi dan misi antara calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah.

Oleh karena itu, jika dilakukan secara paralel yakni RUU Pilkada dibahas terlebih dulu akan menjadi dasar untuk membahas RUU Pemda yang digunakan untuk mengatur pemerintahan dari pemimpin yang terpilih melalui pilkada, selanjutnya RUU Desa hanya tinggal menyesuaikan dengan UU Pemda.

"Pembahasan secara paralel merupakan langkah yang efektif dan efisien sehingga kebijakan dari ketiga UU tersebut bisa segera diimplementasikan kepada publik," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement