REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gelombang liberalisasi tanpa disadari telah masuk ke Indonesia.Termasuk di dalamnya proses pengesahan Rancangan Undang-Undang Keadilan Kesetaraan Gender (RUU KKG) yang sedang berlangsung di Indonesia.
Di sisi lain, gelombang westernisasi pun mulai masuk atas nama pluralisme, persamaan dan demokratisasi.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Hamid Fahmi Zakarsyi, mengatakan umat Islam sudah biasa toleran dan toleransi terbaik di dunia ada di Indonesia dan mayoritas di Indonesia adalah Islam. ''Kenapa kita harus diajarkan pluralisme?'' ujarnya kepada wartawan, Jumat (1/6).
Gelombang-gelombang ini, tegas Gus Hamid, harus diselesaikan dengan secara intelektual. Karena gelombang yang datang memengaruhi adalah gelombang budaya dan pemikiran.
Fenomena Lady Gaga dan Irshad Manji dan juga akan disahkannya UU KKG, menurut Gus Hamid, adalah sebuah gelombang liberalisasi yang sangat nyata. Kesetaraan yang diusung dalam RUU KKG dalam segala hal ini, termasuk kesamaan dalam moralitas dan kebenaran. Sementara Irshad Manji jelas membawa paham lesbian ke Indonesia dan Lady Gaga dengan kepornoannya.
“Islam jelas menawarkan mana yang salah mana yang tidak, mana yang buruk dan mana yang baik. Bukan lantas diterjemahkan sebagai penghalang paham kebebasan Barat,'' tegas adik kandung pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Syukri Zarkasyi itu.
Gus Hamid menambahkan, setelah fenomena atau gelombang liberalisasi dan westernisasi, bisa saja datang paham nihilisme. Nihilisme ini akan menihilkan segala nilai dan pluralisme yang dibarengi dengan desakan radikalisasi, persamaan atau kesetaraan dan demokratisasi. Di mana semua gelombang ini akan berujung pada marginalisasi agama.
“Dampak yang terjadi dengan adanya gelombang-gelombang ini adalah terabaikannya nilai-nilai luhur bangsa. Dan Indonesia dengan masyarakat Muslim terbesar di dunia ini tak bisa berpikir lagi mana yang baik dan buruk,” tandasnya.