Ahad 03 Jun 2012 21:16 WIB

Beginilah Muslim UEA Ajak Orang Berpakaian Sopan di Mal

Rep: Agung Sasongko/ Red: Hafidz Muftisany
Anjuran memakai pakaian yang sopan di Mal UEA
Foto: alarabiya
Anjuran memakai pakaian yang sopan di Mal UEA

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI--Pusat perbelanjaan dianggap sebagai lokasi paling banyak melanggar nilai-nilai budaya Uni Emirat Arab (UAE). Sebabnya, sebagian masyarakat UAE yang gerah dengan pelanggaran, utamanya dari tata cara berbusana, menggelar kampanye yang melarang perempuan untuk mengenakan pakaian serba terbuka.

Meski berniatan mulia, nyatanya kampanye itu tidak serta merta diterima masyarakat UEA. Wal hasil, kampanye tersebut segera menjadi perbincangan hangan masyarakat, media dan pemerintah. Sebagian dari mereka menilai bahwa kampanye itu merupakan usaha untuk membatasi kebebasan berekspresi. 

Menanggapi isu yang berkembang, pencetus kampanye, Hanan al-Rayes mengatakan kampanye itu bertujuan justru menghormati kebebasan pribadi. Tujuan lainnya adalah masyarakat UAE sudah sewajarnya untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal. "Kita harus jaga budaya itu," papar dia seperti dikutip alarabiya.net, Ahad (2/6)

Berkat usaha Hanan, setiap pintu pusat perbelanjaaan UAE terdapat tanda berupa simbol yang menginformasikan kepada pengunjung untuk mengenakan pakaian yang sopan. Bila melanggar, disebutkan dalam simbol itu, akan dikenakan denda dan hukuman. Sejatinya, apa yang diusahakan Hanan seiring sejalan dengan aturan UAE yang mengharuskan warga UEA dan asing untuk mengenakan pakaian yang sopan.

Rekan Hanan, Asma al-Muhairi menyayangkan apabila ada penolakan dari masyarakat UAE sendiri. Sebab, di negara-negara barat, muslim tengah berjuang keras mendapatkan haknya guna mengenakan pakaian yang sopan dan beradab. Di sini, sebaliknya, ada usaha untuk melanggar apa yang seharusnya dilestarikan. "Saya tidak bisa berdebat bagaimana Prancis melarang burka dan jilbab," kata dia.

Hanan menambahkan pada dasarnya aturan ini serupa dengan larangan rokok yang sudah lebih dulu diterapkan. Lantas, mengapa aturan lain tidak bisa diterapkan. Tentu ada sejumlah masyarakat yang merasa risih dengan gaya berpakaian seseorang yang tidak keruan. "Saya itu heran, mengapa mereka diam," ungkapnya.

Dukungan Warga Asing

Kampanye yang sudah berjalan semenjak akhir mei ini memberikan kejutan tak terduga kepada Hanan dan rekan-rekannya. Kejutan itu berupa dukungan dari warga asing yang berasal dari dunia barat dan India begitu mendukung kampanye yang dilakukan. "Saya begitu terkejut, warga asing begitu mendukung kami," kata Hanan yang memperlihatkan jumlah follower kampanye dalam Twitter yang mencapai 1.075.

Hanan pun tak segan memberikan pujian kepada pendukung kampanyennya yang dianggap memiliki andil dalam kesuksesan kampanye. "Mereka tak segan memberikan kami masukan. Mereka bahkan menaikan semangat kami untuk membuat strategi lebih bailk," katanya.

"Saya percaya, berkat peran mereka ini. Perubahan akan datang segera dan tentu membawa hasil lebih baik," tambahnya.

Sebelum Hanan menggerakan kampanye di pusat perbelanjaan. Letkol Abdullah al-Mazyoudi, kepala Kantor Polisi Pelabuhan mengatakan ada sekitar 259 orang harus menandatangani untuk berpakaian santun saat berada di pantai pada empat bulan pertama 2012. "Orang-orang ini berjemur dengan sesuatu yang sulit untuk disebut pakaian," kata Abdullah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement