Senin 04 Jun 2012 14:38 WIB

AS Desak Cina Bertanggung Jawab atas Tragedi Tiananmen

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Dewi Mardiani
Lapangan Tiananmen di Beijing, Cina. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Yeyen Rostiyani
Lapangan Tiananmen di Beijing, Cina. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Polisi di Cina memukuli dan menahan aktivis politik saat peringatan 23 tahun tragedi Alun-alun Tiananmen (Tiananmen Square), Ahad (3/5).  Petugas menggunakan kekerasan terhadap para aktivis di provinsi tenggara Fujian dan menahan mereka. Lebih dari 30 orang yang datang ke Beijing untuk membaca petisi ditahan dan dipaksa kembali ke provinsi asal mereka.

"Sekitar 20 aktivis dihentikan polisi dan dipukuli pagi ini di Alun-alun May First," kata Shi Liping, istri aktivis Lin Bingxing kepada AFP melalui telepon dari Fuzhou, ibukota propinsi Fujian. Menurutnya, polisi mengatakan mereka akan memukuli aktivis sampai mati. Sebanyak delapan orang, termasuk suaminya ditahan. Polisi di Fuzhou saat dihubungi membantahnya.

Pada 3-4 Juni 1989, pasukan Tentara Pembebasan Rakyat menyerbu ke pusat kota Beijing dan menembaki demonstran dan warga sipil yang tidak bersenjata saat unjuk rasa menuntut demokrasi. Diperkirakan ribuan orang terbunuh pada pekan ke enam unjuk rasa di Alun-alun Tiananmen.

Lebih dari dua dekade kemudian, Cina masih menganggap insiden itu sebuah pemberontakan kontrarevolusioner dan badai politik. Pemerintah menolak mengakui melakukan kesalahan atau mempertimbangkan kompensasi bagi korban tewas.

Amerika Serikat mendesak Cina berbuat lebih banyak untuk melindungi hak-hak warga negaranya dan mengakhiri penyiksaan terhadap peserta demonstrasi dan keluarga mereka. Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Mark Toner, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS mengingat penindasan penuh kekerasan tersebut dan mendesak Cina memberikan pertanggungjawaban publik penuh dari mereka yang tewas, ditahan, atau hilang. Pernyataan itu tidak menyebutkan rincian atas penangkapan yang terjadi, kemarin.

Di Beijing, polisi menahan sedikitnya 30 aktivis dari Provinsi Zhejiang di stasiun kereta api dan memulangkan mereka dengan bus kembali ke kota asal mereka di Wuxi, Sabtu (2/5). Salah satu peserta, Xie Qiming, mengatakan polisi melakukan hal itu karena tragedi 4 Juni. Selama periode sensitif itu mereka harus membersihkan unsur-unsur yang tidak stabil.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement