REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Atase pers Kedutaan Besar Jerman Christoph Seeman menilai, sikap toleran dalam kehidupan beragama di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun demikian, Indonesia, dinilainya harus tetap meningkatkan kondisi tersebut.
"Indonesia harus melakukan sesuatu," katanya saat dihubungi Republika melalui sambungan telepon, Rabu (6/6).
Jerman, kata Seeman, seringkali turut andil dalam menjaga sikap toleransi di Indonesia. "Kita seringkali menyelenggarakan dialog antar agama di Indonesia," katanya.
Selain dialog antar agama, Kedutaan Besar Jerman juga sering mengadakan kunjungan pelajar antar dua negara.
"Kunjungan pelajar juga salah satu cara untuk meningkatkan toleransi diantara kita," katanya. Jerman juga sering mengadakan kerja sama dengan pemerintah Indonesia juga lembaga non pemerintah.
Sebelumnya, dalam sidang UPR di Jenewa tanggal 25 Mei lalu, kebebasan beragama dan berkeyakinan dinilai masih menjadi masalah di Indonesia.
Negara-negara Anggota Dewan HAM PBB dan Negara PBB lainnya banyak memberikan perhatian terhadap persoalan religious freedom dan praktek-praktek intoleransi yang semakin berkembang di Indonesia. Perhatian tersebut setidaknya disampaikan oleh lebih 25 Negara di Dunia, seperti Austria, Inggris, Norwegia, Timor Leste, Afrika Selatan, Swedia, Sri Lanka, Qatar, Bangladesh, Korea, dan lain-lain.
Perhatian mereka terkait kondisi real yang terjadi, baik dalam bentuk kekerasan, intoleransi, desakan untuk investigasi independent, ibadah/rumah ibadah, perubahan hukum yang diskiminatif dan tidak sesuai dengan standar internasional.