REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kelangkaan gas LPG 3 kilogram yang terjadi di kota Depok tidak luput dari perhatian Pertamina selaku pemasok. Hal ini membuat Pertamina segera melakukan operasi pasar ke beberapa titik di kota Depok.
“Hasilnya banyak ditemukan masyarakat dari golongan mampu yang menggunakan gas tabung 3 Kg,” ujar Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan saat ditemui setelah menjadi pembicara di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Jum'at (8/6) pagi.
Dirinya menyampaikan, masyarakat yang tergolong mampu harusnya sadar diri untuk tidak menggunakan LPG 3 Kg yang disubsidi untuk masyarakat kurang mampu.
Dari sidak pasar yang dilakukan pihaknya, dari 520 tabung yang disediakan, hanya 20 tabung yang tepat sasaran. “Ini berarti mengindikasikan sebetulnya LPG 3 Kg banyak lari ke pembeli yang berasal dari kalangan usaha dan industri kecil, bukan masyarakat yang kurang mampu,” ujarnya.
Namun ia menolak bila dikatakan subsidi gas LPG 3 Kg ini salah sasaran. Menurutnya manusianya-lah yang kurang peka terhadap keberadaan LPG 3 Kg ini.
Ia juga berujar telah melibatkan aparat kepolisian untuk memberlakukan sanksi pada pihak-pihak yang menyalahgunakan LPG 3 Kg sehingga tidak menjadi konsumsi masyarakat kurang mampu.
“Bagi agen yang diketahui menyalurkan LPG bersubsidi ke kalangan industri, akan ada ancaman dicabut izinnya sehingga tidak bisa lagi beroperasi,” ucapnya.
Dirinya juga mengimbau, bagi masyarakat pemilik UKM agar tidak serakah. ”Mereka itu kan sudah dapat untung dari usahanya, masa LPG subsidi juga mau disikat demi keuntungan,” katanya.
“Sekarang pengguna LPG 3 Kg trennya bergeser dari warga kelas bawah menjadi warga kelas menengah yang memiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta Industri Kecil dan Menengah (IKM),”
Ia berujar penyebabnya adalah rentang harga yang terlalu jauh antara harga gas 3 Kg dengan LPG lain di atasnya.