REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Ratusan orang berkumpul di Lapangan Tahrir Kairo, Jumat, menuntut Ahmed Shafiq, perdana menteri terakhir pemerintahan Hosni Mubarak ikut pemilihan presiden (Pilpres) putaran kedua di Mesir.
Massa juga memprotes terhadap apa yang mereka anggap vonis ringan terhadap Mubarak, menteri dalam negerinya, dan enam komandan polisi yang dituduh terlibat pembunuhan terhadap para demonstran dalam pemberontakan tahun 2011 yang memaksa presiden itu mundur.
"Jangan izinkan rezim lama kembali," kata satu plakat, mengacu pada Ahmed Shafiq, yang akan bertarung menghadapi kandidat Ikhwanul Muslimin Mohammed Mursi dalam pemilihan presiden pekan depan.
Seorang ulama Muslim dalam kesempatan itu mengatakan:"Revolusi dalam bahaya. Saya di sini agar rezim Hosni Mubarak tidak kembali berkuasa. Lindungi revolusi anda!"
Mubarak dan menteri dalam negerinya Habin al -Adly dihukum penjara seumur hidup Sabtu, tetapi enam komandan keamanan dibebaskan dari tuduhan-tuduhan pembunuhan terhadap para pengunjuk rasa dalam pemerontakan yang menewaskan 850 orang itu.
Keputusan itu segera menimbulkan kemarahan di negara itu, dengan ribuan orang turun ke jalan-jalan untuk menumpahkan kemarahan mereka.
Para aktivis pro-demokrasi muda menyerukan bagi "Tekad Jumat" untuk menuntut penarapan satu undang-undang yang disetujui sebelum putaran pertama pemungutan suara yang melarang para pejabat penting Mubarak ikut dalam pemilihan presiden dan untuk memprotes vonis-vonis itu.
Shafiq semula dibatalkan ikut dalam pemilihan presiden. Tetapi pada akhir April, komisi pemilihan menyetujui satu banding dari dia menyangkut pembatalan keikut sertaannya dalam pemilihan itu dan kasus itu diajukan ke Pengadilan Konstitusi Agung.
Pengadilan itu akan memutuskan Jumat, hanya dua hari menjelang pemilihan putaran kedua untuk meninjau kembali hukum itu.