Senin 11 Jun 2012 08:10 WIB

Taufiq Ismail: Lukisan Raden Saleh adalah Pusaka

Rep: Devi Anggraini Oktavika/ Red: Heri Ruslan
Taufiq Ismail
Foto: Republika
Taufiq Ismail

REPUBLIKA.CO.ID,  Ia keluar dengan dada membusung, tak gentar sedikitpun. Kecil postur tubuhnya tak mampu menyembunyikan kegagahan pria di balik jubah putih itu. Tujuh orang opsir kumpeni menggiringnya, disaksikan 38 orang laki-laki pribumi. Di luar, sebuah kereta kuda telah menanti.

Pangeran Diponegoro, demikian pria berjubah itu dikenal, ditangkap dalam sebuah perundingan yang khianat di rumah Residen Kedu di Magelang, 1830. Ketegangan yang terjadi hampir dua abad lalu itu tergambar jelas dalam lukisan Penangkapan Diponegoro karya sang Maestro, Raden Saleh Sjarif Bustaman.

Mahakarya yang selesai dibuat pada 1857 itu kini tergantung di salah satu sisi dinding Galeri Nasional, tempat pameran bertajuk “Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia” digelar (3-17/6). Lukisan cat minyak di atas kanvas berukuran 111 x 178 cm itu seolah menghadirkan kembali adegan pengkhianatan terhadap sang pangeran.

Lukisan itu sarat dengan isyarat. Dan sastrawan Taufiq Ismail menangkap isyarat tersebut. Lewat puisi berjudul “Pangeran Diponegoro, Magelang, 28 Maret 1830,” ia mengekspresikan perasaan terdalamnya pada dua sosok di balik mahakarya abad 19 tersebut.