REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Derajat kesehatan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup bagus, karena kasus gizi buruk serta kematian ibu melahirkan dan bayi, lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional, kata Kepala Dinas Kesehatan provinsi itu Sarminto.
"Namun demikian, masalah gizi buruk serta kematian ibu melahirkan dan bayi tetap menjadi perhatian utama pemerintah di bidang kesehatan," katanya di Yogyakarta, Senin (18/6).
Menurut dia, pemerintah terus mengupayakan penurunan angka kasus gizi buruk serta kematian ibu melahirkan dan bayi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). "Kasus gizi buruk di DIY saat ini hanya sekitar 0,75 persen, lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional yang mencapai 2-3 persen," kata Sarminto.
Ia mengatakan kasus kematian ibu melahirkan di DIY saat ini mencapai 125 per 100.000 kelahiran, lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional yang mencapai 225 kematian per 100.000 kelahiran. "Pada 2015, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY menargetkan angka kematian ibu melahirkan tersebut turun menjadi 102 per 100.000 kematian," katanya.
Menurut dia, kasus kematian bayi di DIY saat ini mencapai 17 per 1.000 kelahiran hidup, lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional yang mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup.
"Kami akan berusaha menurunkan angka kematian bayi itu, agar sama dengan Malaysia dan Singapura. Target kami adalah 2-3 per 1.000 kelahiran hidup," katanya.
Berkaitan dengan angka tersebut, kata dia, aparatur pelayan kesehatan, baik dokter maupun perawat di DIY diharapkan dapat meningkatkan kinerja, terutama dalam mengobati, merawat, dan melayani pasien.
"Hal yang juga penting adalah segera disahkannya Undang-undang (UU) Keperawatan. Jika disahkan, kompetensi dan perizinan keperawatan dapat terlindungi dengan baik," kata Sarminto.