Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Tidak mudah memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT, apalagi memahami hakikat Zat-Nya. Nama-nama Indah Allah SWT (Al-Asma Al-husna) yang juga daripadanya melekat sifat-sifat-Nya, selama ini kita hafal, tetapi masih banyak di antara kita belum kenal dan mendalami satu sama lain.
Kalaupun kita mencoba mendalami, seringkali kita terbentur pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang berhadap-hadapan satu sama lain. Sebagai contoh, di satu sisi Ia Mahabatin (al-Bathin), tetapi sisi lain Ia Mahadzahir (al-Dzahir). Ia Mahaagung (al-Quddus), tatapi Ia juga Mahakasih (al-Rahman). Ia Mahakuat (al-Qawyy), tetapi juga Mahalembut (al-Lathif), dan beberapa lagi lainnya.
Kesulitan pemahaman sesungguhnya dapat teratasi jika kita dapat memahami struktur dan pengelompokan nama-nama Allah tersebut. Pengelompokan itu meliputi: 1) Nama-nama yang berkenaan dengan Esensi Allah SWT, 2) Nama-nama yang berkaitan dengan sifat-sifat-Nya, dan 3) Nama-nama yang berhubungan dengan segenap perbuatan-Nya.
Nama-nama Esensi menunjukkan Allah SWT dalam diri-Nya sendiri, tidak bisa diterapkan dengan tepat pada sesuatu selain Allah SWT. Lafaz Allah disebut lafaz Al- Jalalah karena tidak ada nama lain selain diri-Nya.
Tidak satu pun makhluk-Nya berhak menggunakan nama-Nya, apalagi nama “Allah”, yang kita kenal dengan lafaz Jalalah. Seseorang boleh menisbahkan nama-nama Allah, tetapi ditambahkan kata hamba (Abd), misalnya Abd Rahman, Abd Rahim, dan Abd Shamad.
Nama-nama yang dari seluruh sifat yang menegaskan hubungan intrinsik dengan Allah SWT, sekalipun tidak harus berhubungan dengan segenap makhluk-Nya, seperti Mahahidup (al-Hayy), Mahamengetahui (al-Alim), Mahaberkehendak (al-Murid), Mahakuasa (al-Qadir), Mahamendengar (al-Sami’), dan Mahamelihat (al-Bashir). Lawan dari nama-nama ini tidak bisa dikenakan kepada Allah SWT.
Nama-nama perbuatan merujuk pada hubungan Allah dengan semua makhluk-Nya. Kebalikan dari nama-nama itu bisa juga dikenakan kepada Allah SWT, seperti Mahapengasih (al-Rahman) dan Mahapemaksa (al-Qahhar), Mahalembut (al-Lathif) dan Mahaangkuh (al-Mutakabbir), Mahaindah (al-Jamal) dan Mahaagung (al-Jalal), Mahamembimbing dan Mahamenyesatkan, Mahamemuliakan dan Mahamenghinakan (al-Quddus).
Juga Mahapengampun (al-Ghafur) dan Mahapendendam (al-Muntaqim), Maha pemberi Manfaat (al-Nafi) dan Mahapemberi Kerugian (al-Dhar), Mahamenghidupkan (al-Muhyi), Mahapemberi (al-Wahhab) dan Mahamenolak (al-Mani’), Mahamematikan (al-Mumit), Mahameluaskan (al-Wasi’), dan Mahamenolak (al-Mani’).