Jumat 22 Jun 2012 08:52 WIB

Amien Rais: Muhammadiyah Harus Memikirkan Persoalan Media Massa

Tanwir Muhammadiyah 2012
Foto: jabar.muhammsdiyah.or.id
Tanwir Muhammadiyah 2012

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --  Mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Prof Amien Rais, menegaskan, dalam kancah global, media massa Islam berada dalam cengkraman asosiasi pers sekular.

Akibatnya, kata tokoh Reformasi itu, citra Islam di mata dunia selalu negatif. Ia mencontohkan, saat ini muncul tuduhan bahwa Islam itu agama anti kemajuan, Islam agama zaman pertengahan, Islam bodoh, Islam agama kekerasan, dan macam-macam lagi.

''Karena tidak memiliki media massa yang sama kuatnya dengan mereka, maka Islam tak memiliki daya untuk mengklarifikasi tuduhan-tuduhan miring tersebut,'' ujar Amien dalam acara Dialog Tokoh Muhammadiyah yang digelar dalam rangkaian acara Tanwir Muhammadiyah, di Bandung, Jawa Barat.

 

Menurut Amien, jangankan dalam tubuh Islam yang lebih luas, dalam internal Persyarikatan Muhammadiyah pun urusan media massa tak kalah suram.

Ia mengakui, selama menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah, betapa sulitnya mengembangkan media massa Islam seperti yang terjadi dalam internal Muhammadiyah.

 

“Umat Islam tampaknya kurang menyadari betapa pentingnya, betapa vitalnya, dan begitu asasnya keberadaan media massa sebagai wilayah ke-empat dalam demokrasi,'' papar Amien.

Mantan ketua MPR RI itu menuturkan, sudah sejak lama umat Islam menyadari bahwa ruang kosong yang harus segera diisi oleh umat Islam adalah media massa. Sayangnya, kesadaran tersebut hanya terbersit dalam angan semata. Sementara dalam tataran konkretnya nyaris tidak dapat dijumpai.

Mengingat hal tersebut, Amien Rais mengusulkan agar persoalan media massa itu dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan rekomendasi dalam Tanwir Muhammadiyah kali ini.

''Muhammadiyah harus merasa berdosa (bersalah) karena telah membuat bolong dalam media massa, sehingga bolong itu harus segera ditambal,'' cetusnya.

Selain itu, kata dia, Muhammadiyah harus menyiapkan beasiswa yang besar nilainya untuk menyekolahkan selusin, atau bahkan lebih, kadernya yang paham benar media massa.

Tujuannya, lanjut dia, supaya kader tersebut tumbuh menjadi pilar-pilar media massa Islam di masa yang akan datang.

Ia juga menyarankan,  universitas-universitas Muhammadiyah seperti di Malang, Solo, Yogyakarta, dll, harus melakukan sharing bagaimana mewujudkan media massa yang baik dalam persyarikatan.

''Ke depan, Muhammadiyah jangan sampai membiarkan Suara Muhammadiyah menjadi seperti anak yatim.''

 

Dengan demikian, menurut Amien Rais, Muhammadiyah diharapkan menjadi organisasi yang menancapkan pondasi media massa Islam yang kokoh di masa depan.

“Sekalipun kondisi media massa Islam sudah jauh ketinggalan, tapi kita harus selalu memiliki harapan dan jangan risau. Namun, untuk mengejar ketertinggalan itu, kita harus memulai dari langkah pertama yang mantap,” pungkasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement