REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO --- Masyarakat Mesir kembali mengadakan unjuk rasa di Thahrir Square, Sabtu (23/06). Protes berlangsung dengan melambai-lambaikan bendera dan berteriak bahwa mereka sudah bebas dari cengkraman militer. Saat ini rakyat masih menunggu keputusan siapa presiden pertama yang akhirnya terpilih memimpin Mesir.
Thahir Square adalah tempat yang sama saat rakyat Mesir menundukkan kekuasaan Hosni Mubarak selama Musim Semi Arab tahun lalu. Ribuan pengunjuk rasa, terutama dari golongan Islam berkumpul dan jumlahnya semakin banyak selama protes berlangsung.
Mereka memaksa Mubarak mundur dari keuasaan dan memenuhi janji dan menyerahkan pemerintahan kepada pemerintah sipil di bulan Juli. "Kami tidak takut, tentara harus pergi. Turunkan kekuasaan militer!" teriak para pengunjuk rasa sambil mengibarkan ratudan bendera Mesir berwarna merah, putih, dan hitam.
Mesir mengalami drama politik selama berminggu-minggu. Kubu Ikhwanul Muslim sempat mengalami ketegangan akibat dibayang-bayangi oleh kekuasan tentara. Kecemasan kubu ini pun pudar setelah beberapa langkah kompromi dilakukan.
Sementara itu, komisi pemilihan umum masih menjanjikan untuk menentukan hasil pemilu pekan lalu sebelum Ahad, (24/06). Melalui pembicaraan dengan Reuters, mereka mengatakan bahwa telah terjadi pembicaraan mengenai pengaturan konstitusional yang akan dijalankan di periode ini.
Namun, tuntutan rakyat untuk membubarkan parlemen ditolak oleh militer yang berkuasa, Dewan Tertinggi Angakatan Bersenjata (SCAF). Mereka tidak setuju untuk membatalkan keputusan yang telah diambil legislatif sampai konstitusi baru menjadi jelas.