REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- FIFA akhirnya menyetujui penggunaan teknologi garis gawang. Meski ditentang UEFA, FIFA tetap yakin dengan keputusannya karena sudah ada dua teknologi paling terdepan dalam membantu wasit memastikan bola sudah memasuki garis gawang atau belum.
Adalah GoalRef dan Hawk Eye, dua pionir teknologi garis gawang yang paling siap dipakai saat ini. GoalRef merupakan produk teknologi buatan Denmark dan Jerman. Adalah wasit FIFA asal Denmark, Peter Mikelsen yang jadi pionir penemuan teknologi GoalRef.
Dalam GoalRef, bola dilengkapi teknologi khusus. Bola berteknologi nantinya akan terdeteksi oleh alat elektronik yang terpasang tepat di garis dalam gawang. Prinsip kerja alat ini mengunakan teori fisika, efek Doppler.
Bila bola telah melewati garis dalam, maka sensor alat sensor bekerja. Para pengusung GoalRef mengklaim, teknologi ini bisa cocok digunakan untuk segala jenis bola.
Namun kritik tetap muncul terhadap GoalRef terutama soal pengaruh teknologi pada kualitas bola. Teknologi ini juga rentan kerusakan, terutama elemen elektonik di dalam bola. GoalRef telah diuji di Liga Divisi Dua Denmark.
Berbeda dengan GoalRef, Hawk Eye menggunakan pencitraan visual untuk mengamati laju bola di garis gawang. Hawk Eye yang digagas oleh perusahaan asal Inggris ini menyerupai teknologi yang dipakai tenis.
Teknologi ini sangat member kenyamanan bagi pemrisa sepak bola di layar kaca karena momen kontroversi bisa secara langsung ditampilkan di televisi. Teknologi Hakw Eye telah diuji dalam laga uji coba antara Inggris melawan Belgia 2 Juni 2012.
Sistem kerja Hawk Eye ditunjang oleh enam kamera yang terletak didalam gawang. Namun sistem ini memiliki resiko ketidakakuratan sebesar 3,6 milimeter dari jarak sebenarnya. Lebih dari itu, sistem GoalRef bisa tidak terdeteksi bila posisi bola tertutup tubuh penjaga gawang.
FIFA sendiri masih menimbang-nimbang plus minus dari kedua alat ini sebelum memutuskan teknologi apa yang akan digunakan di sepak bola