REPUBLIKA.CO.ID, Akhir 2011, Monica bersama lima mahasiswa UI lintas Fakultas mengikuti The 3rd Global Case Challenge di London, Inggris. Pesertanya mahasiswa dari seluruh universitas di dunia.
Tidak disangka, proposal yang diajukan Monica cs lolos hingga mengantarkan mereka berangkat ke London. Tema yang mereka pilih ialah solusi perumahan bagi rakyat miskin berbasis komunitas.
Di acara tersebut, Monica tampil mempresentasikan program yang digarap bersama timnya. Dewan juri mengapresiasi, selain presentasinya menarik karena mahasiswa ini datang dari negara paling jauh, Indonesia.
Walaupun timnya menduduki urutan keempat, Monica bangga bisa tampil di event internasional mengalahkan perwakilan universitas-universitas ternama dunia.
Aktif berorganisasi
Berprestasi secara akademis bukan satu-satunya modal sebuah keberhasilan. Menurut Monica, selain prestasi, aktif di berbagai organisasi menjadi modal utama. Karena untuk apa berprestasi kalau tidak ada kepekaan terhadap masyarakat.
Sebagai penerima Beasiswa Aktivis Nusantara (Baktinusa) dari Dompet Dhuafa (DD), Monica selalu diingatkan ketika nanti menjadi pemimpin harus menghargai kaum marginal.
Pesan DD tersebut mengisyaratkan berprestasi tidak cukup, tetapi bagaimana mengimplementasikan apa yang kita dapat dalam bidang akademis kepada masyarakat. Hal ini pula yang dilakukan Monica dengan aktif mengikuti berbagai kegiatan kampus maupun luar kampus.
Ia sudah bisa merasakan manfaatnya sebagai aktivis. Jaringan semakin terbuka di dalam maupun luar negeri dan wawasan semakin luas ketika menjadi aktivis. “Karena berbagai informasi event diperoleh dari sesama aktivis,” ujarnya.
Di luar kampus, Monica terjun ke masyarakat dengan bendera Garuda Youth Community. Program yang kini sedang digarap berupa pemberdayaan masyarakat di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Mereka membina para ibu rumah tangga untuk menyulap kerang menjadi aksesori yang bernilai rupiah.