Rabu 11 Jul 2012 21:15 WIB

Uswah: Sofie Beatrix, Pendiri Komunitas Penulis (1)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Sofie Beatrix
Foto: ydsf.org
Sofie Beatrix

REPUBLIKA.CO.ID, Kegemaran menulis dilakoni Sofie Beatrix (39) sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Hobinya semakin terasah ketika SMP dan SMA, ia mewakili sekolahnya di berbagai lomba karya tulis, baik tingkat daerah maupun provinsi.

Beberapa kali pula ia menyabet sebagai juara. Sayangnya, bakat menulis Sofie, demikian sapaan akrabnya, tidak pernah disalurkan. Mandek sampai akhirnya terlupakan.

Dalam usia 36 tahun, kegemaran lamanya bangkit kembali. Sofie lama berkutat sebagai trainer dan pemilik event organizer, tiba-tiba rindu menulis. Ia menuangkan pengalaman pribadinya ke dalam bentuk tulisan.

Yup, kumpulan tulisannya pun diberi judul, I Love to Organize. Di luar dugaan, karya perdana Sofie tersebut masuk jajaran best seller. Ia kian percaya diri menulis. Muncullah karya-karyanya: Tampil Cantik Ala Muslimah, Inspirasi Muslimah Menjadi Cantik, dan Kerudung Trendy.

Ia mengaku, walaupun sering menjadi juara menulis, bakat itu tidak diasah dengan baik. Orang tua tidak menyadari bakat yang ia miliki. “Makanya, saya menyadari dari sisi usia kalau terlambat menjadi seorang penulis,” ungkap Sofie.

Ia berharap pengalamannya itu tak menimpa anak-anak Indonesia lainnya. Berangkat dari kenyataan itu, pada 2009 Sofie mendirikan Komunitas Penulis Cilik. Pangsanya murid SD, usia yang pas untuk mengasah kemampuan menulis bagi anak-anak.

Tak hanya mencetak bibit penulis, tetapi mempublikasikan karya mereka. Menurutnya, terlepas ada bakat atau tidak, menulis itu bisa diasah dan dilatih. Di sisi lain, menulis menjadi bekal masa depan anak-anak. “Profesi apa pun menjadi lebih jika seseorang bisa menulis,” kata lulusan Psikologi Unversitas Airlangga ini.

Komunitas penulis

Awalnya, Sofie melatih anak usia delapan tahun. Anak tersebut ‘buta’ dalam dunia tulis menulis. Namun, ia mengalami perubahan 180 derajat setelah mengikuti program Sofie. Sang anak giat menulis, bahkan telah menghasilkan dua buku.

Keberhasilan model tersebut menggiring anak-anak lain ingin bergabung di Komunitas Penulis Cilik. Sebulan sekali, mereka berkumpul belajar menulis di sebuah perpustakaan di Surabaya.

Kini, sekitar 300 anak menjadi anggota komunitas ini. Mereka tidak hanya di Surabaya, tetapi tersebar di seluruh Indonesia. Dari 300 partisipan itu, sedikitnya sudah 20 anak yang karyanya diterbitkan dalam bentuk buku.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement