REPUBLIKA.CO.ID, SANA’A – Mahasiswa dan warga negara Indonesia (WNI) melakukan protes keras terhadap Duta Besar RI untuk Yaman, Drs Nurul Aulia.
Mahasiswa dan WNI di Yaman menilai Nurul Aulia tidak menunjukkan figur sebagai pemimpin dan orang tua yang patut dihormati, dan memiliki hubungan sosial yang buruk dengan WNI di Yaman, terutama kalangan pelajar dan mahasiswa.
“Dubes tidak bergaul dengan masyarakat yang menginginkan sikap harmonis, terutama pada saat kondisi keamanan di Yaman yang sangat mencekam, namun yang bersangkutan duduk manis di ruangannya,” demikian pernyataan Mahasiswa dan WNI di Yaman dalam surat elektronik yang dikirimkan kepada ROL, Jumat (13/7).
Yusuf Nurdiansyah, yang mewakili mahasiswa dan WNI di Yaman juga mengecam sikap dubes yang sering menelan ludah sendiri, seperti tawaran untuk mengungsi ke Wisma Duta saat krisis di Yaman. Nyatanya, dubes mengusir WNI yang sempat ditampung di wisma.
“Kami merasakan sepertinya tidak ada kalender kerja dubes untuk bersilaturrahmi dengan mahasiswa. Ia lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan keluarga daripada kepentingan dinas,” kata Yusuf.
Dubes Nurul Aulia, lanjut dia, kerap menonjolkan diri sebagai dubes luar biasa dan berkuasa penuh sehingga bersikap angkuh. Sikap ini sangat merusak citra pemimpin Indonesia lainnya, karena dapat menimbulkan kesan bahwa seolah-olah semua pemimpin seperti itu.
“Selain itu, dubes juga sering mengadu domba mahasiswa dan menyudutkan satu pihak, padahal dubes seharusnya mengayomi semua mahasiswa.”
Yusuf menuturkan, pada tahun 2011 semasa krisis, Dubes Nurul menolak 80 pelajar dari Hudaidah yang bermaksud berlindung ke KBRI karena situasi krisis. Padahal, KBRI masih menerapkan status Siaga I yang membolehkan setiap WNI berlindung atau tinggal sementara di KBRI dan Wisma Duta sebelum dievakuasi ke Indonesia.
“Hal ini dikarenakan sentimen pribadi kepada salah seorang mahasiswa Hudaidah, namun ia dendam dan menjatuhkan sangsi kepada seluruh mahasiswa,” ujarnya.
Yusuf menambahkan, sudah menjadi rahasia umum bahwa dubes selalu menutup diri dan mengurung diri di kamar kantor ruang kerjanya, enggan bergaul dengan masyarakat. Dubes juga tidak mempunyai relasi dengan pejabat-pejabat tinggi terkemuka Yaman sehingga citra Indonesia di Yaman tidak menonjol.
“Negara sangat rugi menggaji dia dengan uang ribuan dollar yang tidak mampu membuat terobosan,” tandasnya.