Ahad 15 Jul 2012 15:42 WIB

23 Petugas Haji DIY Belum Masuk Siskohat

Rep: heri purwata/ Red: Heri Ruslan
Gelang Haji
Foto: Republika
Gelang Haji

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA –- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY, H Maskhul Haji, mengatakan, saat ini masih ada 23 petugas haji di wilayahnya yang belum sistem komputerisasi haji terpadu (Siskohat).

Ia mengharapkan agar 23 petugas haji tersebut bisa segera masuk Siskohat sehingga ada ketenangan dalam memberikan pelayanan.

Maskhul Haji mengungkapkan hal itu pada ‘Silaturahim Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Anggito Abimanyu, dengan  penyelenggara haji kabupaten/kota dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) DIY’ di Asrama Haji Yogyakarta, Jumat (13/7) malam.

“Kami sangat mengharapkan kebijakan Dirjen untuk memasukkan 23 petugas kami ke Siskohat,” kata Maskhul Haji.

Tahun 1433 H, kata Maskhul Haji, DIY akan memberangkatkan kurang lebih 3.000 calon jamaah haji. Mereka terdiri dari 1.461 laki-laki dan 1.607 perempuan, sedang pendidikan terbanyak didominasi Strata Satu (S1) dan disusul dari Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Dijelaskan Maskhul Haji, calon jamaah haji nanti masih diminta untuk membayar Rp 300 ribu di luar beaya perjalanan ibadah haji (BPIH) yang sudah disetor. Uang tersebut akan digunakan untuk transport pergi dan pulang dari tempat pemberangkatan menuju ke embarkasi.

Sedangkan Anggito Abimanyu memprediksikan biaya yang harus dibayar calon jamaah kurang lebih Rp 26 juta. Seharusnya BPIH yang dibayarkan para jamaah sebesar Rp 35 juta, namun karena para jamaah telah melakukan penyetoran awal dan setoran tersebut telah mendapatkan bagi hasil maka calon jamaah haji hanya membayar Rp 26 juta.

“Dari setoran awal terkumpul dana Rp 44 triliyun dan dana abadi sebesar Rp 2,5 triliun. Sebanyak Rp 35 triliun dibelikan sukuk dan jamaah mendapat bagi hasilnya,” kata Anggito yang berusaha untuk transparan dalam mengelola keuangan calon jamaah haji.

Manasik

Sementara sebanyak 818 calon jamaah haji dari Kabupaten Bantul, Sabtu (14/7), melakukan manasik haji. Manasik dimulai dari Masjid Agung – Lapangan Paseban – Lapangan Kantor DPRD Bantul – Taman Parkir Garuda – Halaman Kantor Kodim lama.

“Masjid Agung diibaratkan sebagai Bir Ali, Lapangan Paseban sebagai Masjidil Haram, Lapangan Kantor DPRD Bantul sebagai Arafah, Lapangan Parkir Garuda sebagai Muzdalifah dan Kantor Kodim lama sebagai Mina,” kata H Ahmad Fauzi, ketua Ikatan Keluarga Kepala KUA se Kabupaten Bantul (IK3B) di Bantul, Sabtu (14/7).

Menurut Fauzi, manasik terpadu ini dilakukan untuk menggambarkan kondisi riil saat melakukan ibadah haji di Tanah Suci nanti. Karena itu, meskipun hanya simulasi kalau dilaksanakan dengan sungguh-sungguh diharapkan bisa meningkatkan kualitas ibadah dan meraih haji yang mabrur.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement