Kamis 19 Jul 2012 12:35 WIB

Muslim di Havana, Susahnya Hidup di Negeri Komunis (3-habis)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Umat Muslim Kuba saat melaksanakan buka puasa bersama.
Foto: ihh.org
Umat Muslim Kuba saat melaksanakan buka puasa bersama.

Merindukan Masjid

Muslim Havana selalu kebingungan bila Jumat datang. “Tak ada tempat untuk shalat Jumat,” ujar Pedro.

Di Havana tidak ada masjid, begitu juga di kota lainnya di Kuba. Padahal, terdapat sekitar 1.500 Muslim tinggal di negara itu. Bisa dibilang, Kuba adalah satu-satunya negara Amerika Latin tanpa masjid.

Sebenarnya, ada satu tempat peribadatan di Havana yang bsia digunakan untuk menggelar shalat Jumat, yaitu The Arab House.

Tempat ini dimiliki oleh imigran Arab yang sangat kaya. Dia tinggal di Kuba sejak 1940. Selain sebagai tempat beribadah, The Arab House juga memiliki museum dan restoran. Sayangnya, tempat itu hanya boleh dikunjungi oleh orang Arab. Orang Kuba, meskipun dia Muslim, tidak dibenarkan untuk melaksanakan ibadah di tempat itu.

Alhasil, setiap Jumat Pedro Lazo Torres menyediakan apartemennya yang berada di lingkungan suburban Havana sebagai tempat shalat berjamaah bagi Muslim Havana. Mereka terkadang juga melakukan pengajian di tempat tersebut.

Di apartemen itu, Pedro tinggal dengan istri dan kedua anak mereka. Pedro sudah menjadi Muslim selama 10 tahun, setelah seorang mahasiswa asing yang tugas belajar di Havana memperkenalkannya pada ajaran Islam.

Demi bisa menggelar shalat Jumat, Pedro akan menyingkirkan furniture dan membentangkan karpet di lantai dan balkon. Tapi aliran air sering mati di Havana, begitu juga dengan di apartemen Pedro. Sehingga para jamaah harus memakai air dari ember yang diisi dari shower untuk keadaan darurat semacam itu.

Namun, itu tidak jadi masalah. “Kebudayaannya boleh berbeda, tapi seseorang yang memeluk Islam harus menerima apa yang diperintahkan oleh Allah, sesederhana itu," kata Pedro.

 

Sebenarnya, menurut Pedro, sudah banyak negara Muslim yang menawarkan bantunan dana untuk membangun sebuah masjid. Namun, Pedro berharap niat baik tersebut datang dari pemerintah Kuba sendiri. Hingga saat ini, pemerintah Kuba tidak bisa menyetujui adanya pembangunan masjid. Bagi pemerintah Kuba, mereka sudah cukup baik dengan memperbolehkan adanya komunitas Islam.

Mereka pun tidak tidak melarang orang Muslim untuk melakukan ibadahnya, meskipun tidak mendorong mereka untuk melaksanakannya. Hal tersebut dirasa sudah cukup, mengingat Kuba adalah negara sosialis yang semestinya tidak mengenal agama. Sehingga pembangunan masjid di rasa sangat tidak mungkin.

Asisten Sekretaris Umum Liga Dunia Muslim (WML), Syekh Muhammad bin Nassir Al-Aboudy, berharap pemerintah Kuba bisa merespons positif permintaan untuk membangun masjid.

“Sebuah tempat ibadah akan meningkatkan keimanan umat Islam yang ada di Kuba. Tempat ibadah tersebut juga akan semakin memantapkan keberadaan Muslim dan memberikan mereka kebebasan dalam melaksanakan ajaran agamanya,” kata Syekh Aboudy.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement