Jumat 20 Jul 2012 15:05 WIB

Kairo, Kota Beragam Peradaban (4-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Patung Sphinx di Giza, Kairo, simbol peradaban Mesir.
Foto: travelfusion.com
Patung Sphinx di Giza, Kairo, simbol peradaban Mesir.

Jejak Ilmu Pengetahuan di Bumi Kairo

Laiknya tiga metropolis intelektual era abad pertengahan, seperti Baghdad, Cordoba, dan Bukhara, dari Kairo juga muncul sederet ilmuwan Muslim yang berpengaruh.

Pasalnya, pada era kejayaan Dinasti Fatimiyah dan Mamluk, Kairo telah menjadi kota tempat berkumpulnya para ilmuwan serta sarjana yang melakukan kegiatan ilmiah.

Memasuki abad modern, Kairo juga telah melahir sejumlah pemikir pembaruan Islam. Berikut adalah beberapa nama di antara sederet ilmuwan dan sarjana serta pemikir pembaruan Islam yang muncul dari pusat peradaban Islam di benua Afrika itu:

Ibnu Al-Haitham

Dialah peletak dasar-dasar teori optik modern. Orang barat menyebutnya Al-Hazen. Lewat karya ilmiahnya, Kitab Al-Manadzir atau Kitab Optik, ia menjelaskan berbagai ragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia. Selama lebih dari 500 tahun, Kitab Al-Manadzir terus bertahan sebagai buku paling penting dalam ilmu optik.

Ibnu Al-Baytar

Nama lengkapnya Abdullah Ibnu Ahmad Ibnu Al-Baytar. Dia adalah ahli botani sekaligus ahli obat-obatan terhebat banyak melakukan penelitian dan kegiatan ilmiah di Kairo. Dia berhasil mengumpulkan dan memberikan catatan terhadap lebih dari 1.400 jenis tanaman obat. Dialah ahli Botani terkemuka di Arab.

Jamaluddin Al-Afghani

Dia adalah seorang pemikir pembaruan Islam yang secara lantang menyuarakan pentingnya menegakkan solidaritas pan-Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa dengan kembali kepada Islam. Dalam perlawanannya terhadap penjajah imperialisme Barat, Jamaluddin mengobarkan semangat persatuan Islam dengan jalan mengajak kembali kepada Alquran serta menghilangkan bid'ah dan khurafat.

Muhammad Abduh

Muhammad Abduh adalah seorang pemikir Muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Ia belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid Jamaluddin Al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.

Sayyid Qutub

Sayyid bin haji Qutub bin Ibrahim, lahir tahun 1906 di sebuah desa bernama Qaha di wilayah Asyith, Mesir. Ideologi Islam dikemukakan Qutub sebagai ideology alternatif. Baginya tak ada jalan lain kecuali menegakkan Islam. Dalam bukunya Hadza Al-Din, dia menegaskan bahwa Islam satu-satunya agama wahyu dan diamini kebenarannya dan dapat meningkatkan harkat manusia serta membebaskan dari berbagai ikatan daerah dan keturunan.

Mahmud Syaltut

Syekh Mahmud Syaltut adalah salah seorang pemikir asal di Mesir. Ia memberi kontribusi dalah bidang hukum Islam. Mahmud Syaltut mengemukakan sebuah risalah tentang pertanggungjawaban sipil dan pidana Islam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement