Jumat 20 Jul 2012 21:31 WIB

Utsman bin Mazh'un, Muhajirin Pertama yang Wafat di Madinah (4)

Rep: Hannan putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: techang.free.fr
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ibnu Mazh’un meninggalkan tempat itu, tempat terjadinya peristiwa tersebut dengan mata yang pedih dan kesakitan, tetapi jiwanya yang besar memancarkan keteguhan hati dan kesejahteraan serta penuh harapan.

Di tengah jalan menuju rumahnya dengan gembira ia mendendangkan pantun ini, “Andaikata dalam mencapai ridha Ilahi mataku ditinju tangan jahil orang mulhidi, maka Yang Maharahman telah menyediakan imbalannya."

"Karena siapa yang diridhai-Nya pasti berbahagia. Hai umat, walau menurut katamu daku ini sesat. Daku kan tetap dalam agama Rasul, Muhammad. Dan tujuanku tiada lain hanyalah Allah dan agama yang hak. Walaupun lawan berbuat aniaya dan semena-mena.”

Demikian Utsman bin Mazh’un memberikan contoh dan teladan utama yang memang layak dan sewajarnya. Setelah dikembalikannya perlindungan kepada Walid, maka Utsman menemui siksaan dari orang-orang Quraisy. Tetapi dengan itu ia tidak merana, sebaliknya bahagia, sungguh-sungguh bahagia.

Siksaan itu tak ubahnya bagai api yang menyebabkan keimanannya menjadi matang dan bertambah murni. Demikianlah, ia maju ke depan bersama saudara-saudara yang beriman, tidak gentar oleh ancaman, dan tidak mundur oleh bahaya.

Utsman melakukan hijrah pula ke Madinah, hingga tidak diusik lagi oleh Abu Lahab, Umayah, Utbah atau oleh gembong-gembong lainnya yang telah sekian lama menyebabkan mereka tak dapat menidurkan mata di malam hari, dan bergerak bebas di siang hari.

Ia berangkat ke Madinah bersama rombongan sahabat-sahabat utama yang dengan keteguhan dan ketabahan hati. Di Madinah Al-Munawwarah itu tersingkaplah kepribadian yang sebenarnya dari Utsman bin Mazh’un, tak ubah bagai batu permata yang telah diasah, dan ternyatalah kebesaran jiwanya yang istimewa.

Kiranya ia seorang ahli ibadah, seorang zahid, yang mengkhususkan diri dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Ilahi. Ia mengisi kehidupannya dengan amal dan karya serta jihad dan berjuang di jalan Allah.

Memang, ia adalah seorang rahib di larut malam, dan orang berkuda di waktu siang hari. Bahkan, ia adalah seorang rahib yang baik di waktu siang maupun di waktu malam, dan di samping itu sekaligus juga orang berkuda yang berjuang siang dan malam.

Jika para sahabat Rasulullah SAW apalagi di kala itu semua berjiwa zuhud dan gemar beribadah, tetapi Ibnu Mazh’un memiliki ciri-ciri khusus. Dalam zuhud dan ibadahnya ia amat tekun dan mencapai puncak tertinggi. Rupanya ia setelah merasakan manisnya keasyikan ibadah itu, dan bermaksud hendak memutuskan hubungan dengan segala kesenangan dan kemewahan dunia.

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement