Selasa 24 Jul 2012 05:31 WIB

Hasad dan Ghibtoh

Berdoa agar hati kita selalu terjaga
Berdoa agar hati kita selalu terjaga

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr Wb

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak boleh hasud (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Alquran dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu sebab utama dari lahirnya kejahatan adalah iri hati. Kata hasad adalah iri hati atas nikmat  yang dimiliki orang lain disertai dengan harapan kiranya nikmat itu hilang darinya. Iri hati juga dapat tertuju kepada orang yang sebenarnya tidak memiliki nikmat, namun diduga oleh yang iri memilikinya.

Beberapa ulama bahkan mengartikan hasad dengan arti yang luas sehingga iri hati terhadap nikmat yang diduga maupun nyata dimiliki oleh orang lain dan berharap kiranya nikmat itu hilang darinya, atau lebih lagi berharap agar yang bersangkutan (yang memiliki nikmat tersebut) terus-menerus berada dalam kekurangan dan kepedihan.

Sedangkan ghibthoh dapat diartikan iri hati atas nikmat yang dimiliki orang lain atau menginginkan nikmat  yang serupa, namun tidak disertai dengan harapan nikmat itu hilang darinya.

Nabi SAW bersabda; tiga hal yang merupakan sumber segala dosa, hindarilah dan berhati-hatilah terhadap ketiganya. Hati-hatilah terhadap keangkuhan, karena keangkuhan menjadikan iblis enggan sujud kepada  Adam as, dan hati-hatilah kepada loba (tamak), karena ketamakan mengantar Adam memakan (buah) pohon terlarang, dan hati-hatilah terhadap iri hati, karena kedua anak  Adam (Qobil dan Habil) salah seorang di antaranya membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati (HR. Ibn ‘Asakir melalui Ibn Mas’ud)

Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Para ulama membagi hasad menjadi dua macam, yaitu hasad hakiki dan hasad majazi.

Hasad hakiki adalah seseorang berharap nikmat orang  lain hilang. Hasad seperti ini diharamkan berdasarkan ijma’ para ulama. Adapun hasad majazi, yang  dimaksudkan adalah ghibthoh.

Ghibthoh adalah berangan-angan agar mendapatkan nikmat seperti  yang  ada pada orang lain tanpa mengharapkan nikmat tersebut hilang darinya. Jika ghibthoh ini dalam hal keta’atan, maka itu dianjurkan. Sedangkan maksud dari hadits  di atas adalah tidak ada ghibtoh (hasad yang  disukai) kecuali pada dua hal atau yang  semakna dengan itu.”

Ibnu Baththol mengatakan, “Inilah yang  dimaksud dengan judul bab yang dibawakan oleh Imam Bukhari yaitu “Bab Ghibthoh dalam Ilmu dan Hikmah”. Karena siapa saja yang berada dalam kondisi seperti ini (memiliki harta lalu dimanfaatkan dalam jalan kebaikan dan ilmu yang dimanfaatkan pula), maka seharusnya seseorang ghibthoh atau (berniat untuk mendapatkan nikmat seperti itu) dan berlomba-lomba dalam kebaikan tersebut.“

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah menjelaskan, “Yang  dimaksud hadits di atas adalah tidak ada keringanan pada hasad kecuali pada dua hal atau maksudnya pula adalah tidak ada hasad yang baik.

Nabi SAW bersabda, “Seseorang tidak dapat menghindar dari tiga hal, Ath Thiyaroh (pesimis karena melihat sesuatu), su’udzhon (berprasangka buruk) & hasad (iri hati). Karena itu, jika engkau pesimis jangan diikuti, jika berprasangka buruk jangan mencari tahu dan jika iri hati jangan menganiaya (yakni jangan cetuskan isi hati dalam bentuk ucapan atau pun perbuatan)” (HR. Abu Rozzak melalui ibnu Umayyah dikutip dari tafsir Al misbah Quraish Shihab)

Sayyid Quthub dalam tafsirnya mengemukakan bahwa iri hati/dengki merupakan emosi yang dapat melahirkan dampak  negatif  terhadap pihak yang tertuju kepadanya kedengkian itu.

“Jauhkanlah (oleh kamu) dengki (hasad) kerana ia akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” – (HR. Abu Daud)

“Janganlah saling hasad dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah saling bermusuhan serta saling mendiamkan dan jadilah kamu bersaudara.” (HR. Muslim)

Ya Rabb jauhkanlah kami dari sifat dengki, sebagaimana engkau menjauhkan barat dengan timur. Dan kami berlindung dari penghapusan amal-amal kami yang disebabkan olehnya. Aamiin

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Ustaz Erickyusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)

twitter: @erickyusuf

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement