REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Sejumlah pesepakbola PSPS Pekanbaru mengaku hanya bisa pasrah untuk merayakan Lebaran tahun ini dengan kondisi prihatin akibat sudah delapan bulan tidak menerima gaji sepeser pun.
"Manajemen selalu berkata dana gaji belum cair, kami sudah frustasi dan hanya bisa pasrah," kata penyerang PSPS, April Hadi, di Pekanbaru, Sabtu.
Ia menjelaskan, terakhir kali para pemain dan pelatih menerima gaji pada bulan November 2011. Semenjak itu, gaji tiap bulan tak pernah diterimanya padahal para pemain wajib untuk terus bermain pada pertandingan Liga Super Indonesia.
Pemain PSPS lainnya, Danil Junaidi, mengatakan para pemain sudah jenuh terus diimingi janji oleh manajemen mengenai pencairan gaji.
"Yang ada janji, janji, janji. Ketika pemain dituntut profesional, rasanya akan sulit dengan kondisi yang seperti ini," ujarnya.
Bahkan, ia mengatakan pembayaran gaji yang tersendat juga mengakibatkan pemain asal Kamerun, Patrice Nzekou, tidak bisa melayat Ayahandanya yang meninggal dunia di Kamerun pada pekan lalu.
Ia mengatakan, manajemen menjanjikan akan membantu Nzekou membeli tiket pesawat untuk bisa pulang kampung menghadiri pemakaman mendiang ayahnya.
Namun, hingga kini janji itu belum ada realisasinya padahal pihak keluarga sengaja menunggu Nzekou untuk pulang agar bisa menghadiri pemakaman ayahnya yang dijadwalkan pada Minggu (30/7).
"Sekarang dia (Nzekou) kecewa berat, tapi bingung mau berbuat apa," kata Danil.
Sebelumnya, ia mengatakan enam pemain PSPS pada Jumat lalu (27/7) juga telah mendatangi kediaman Ketua Umum sekaligus Komisaris Utama PT PSPS, Herman Abdulllah, untuk meminta ketegasan pengelola tentang penuntasan hak gaji pemain, sayangnya yang didatangi sedang di Jakarta.
Mereka antara lain Ade Suhendra, Ambrizal, April Hadi, Fance Haryanto, Isnaini dan Danil Junaidi. Sayangnya, niatan para pemain itu tak terkabul karena Herman sedang berada di Jakarta.