REPUBLIKA.CO.ID,NAIROBI -- Pemerintah AS yang diwakili Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, memuji sikap para pemimpin di Somalia. Pujian ini dikarenakan perubahan pola pikir para pemimpin tersebut untuk membentuk negara demokrasi.
Pada Sabtu (4/8), Hillary bertemu dengan Presiden Pemerintah Transisi Federal Somalia Sheikh Sharif Sheikh Ahmed dan para pemimpin lain negara itu di Nairobi, ibu kota Kenya, selama lawatannya ke tujuh negara Afrika.
Somalia dilanda perang saudara, militansi dan perompakan sejak penggulingan Presiden Mohamed Siad Barre pada 1991, dan negara itu kini tidak memiliki pemerintah pusat yang efektif. "Kami sangat senang atas kemajuan yang dicapai para pemimpin untuk memenuhi semua ketentuan peta jalan sebelum batas waktu 20 Agustus," kata Hillary kepada wartawan.
AS resmi menyatakan mendukung Somalia membentuk pemerintah sah yang diterima oleh kelompok-kelompok di negara itu dan parlemen baru serta majelis konstituante yang menggantikan kembaga-lembaga yang dilanda korupsi dan pertikaian.
Majelis Konstituante Nasional, yang baru mengadakan pertemuan di Mogadishu, menyetujui sebuah konstitusi sementara yang akan menggantikan Undang-undang Transisi Federal berusia delapan tahun dan menuju berakhirnya proses peralihan pada 20 Agustus.