REPUBLIKA.CO.ID, Bentuk oktagonal ini dengan nyata dimaksudkan sebagai simbol kekuasaan. Dalam hal ini, sebuah bundaran dikelilingi oleh sebuah oktagon dalam oktagon lain.
Ini merupakan pola geometris sederhana yang dapat dibuat dari penempatan sebuah bujur sangkar pada bujur sangkar lain dengan memutarnya 45 derajat.
Kolom berbentuk sama sebanyak enam belas bersama pilaster di setiap sudutnya tampak menyangga atap keliling. Pola seperti ini biasa ditemukan pada karya arsitektur Bizantium.
Gaya Bizantium juga bisa kita saksikan pada desain bagian dalam (interior) bangunan Kubah Batu ini. Di dalam dekorasi bangunan monumental itu banyak terdapat mozaik-mozaik yang menunjukkan perpaduan motif-motif Sasanid dan Bizantium yang merupakan karakteristik seni Islam awal.
Ruang bagian dalam dari Kubah Batu banyak mempunyai ciri khas arsitektur Bizantium, yakni dihiasi secara mewah dengan beraneka ragam warna dan bahan material pada ornamennya. Bahan material yang digunakan pada ornamen Kubah Batu banyak menggunakan marmer, mozaik, keramik, dan lapisan emas.
Kubah Batu telah mengalami beberapa kali perbaikan dalam sejarahnya yang panjang. Salah satu perbaikan yang paling penting yaitu dilakukan pada abad ke-16 M pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Yang Agung (1520-1566).
Perbaikan itu dilakukan dengan menutupi bagian luar (eksterior) bangunan dengan ubin keramik yang dilapisi kaca yang menutupi mozaik sebelumnya. Ubin keramik itu adalah pelopor ubin Iznik yang menjadi ciri khas penting arsitektur Usmani.
Ubin yang menutupi bangunan itu sekarang ditambahkan pada 1968. Pada waktu yang bersamaan, Kubah Batu dilapisi dengan emas untuk pertama kali. Lapisan emas yang ada sekarang dibuat pada 1993.