Kamis 09 Aug 2012 10:14 WIB

Ogah Terlilit Utang Usai Lebaran? Inilah Alokasi THR yang Pas (2)

Rep: reiny dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Belanja Lebaran/ilustrasi
Foto: Prayogi/Republika
Belanja Lebaran/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Perencana keuangan Mike Rini Sutikno memaparkan ada sejumlah pengeluaran yang dapat didanai dari THR. Berikut beberapa di antaranya:

3. Busana dan perlengkapan ibadah

Hari raya merupakan momen yang tepat untuk tampil istimewa dengan busana yang rapi, bersih, dan serasi. Tak harus baru, memang. Jika dananya tersedia, tidak ada salahnya untuk belanja busana dan perlengkapan ibadah yang baru. Meski begitu, ingatlah bahwa hati yang bersih, ikhlas, dan memaafkan akan lebih diha rap kan dari pada sekedar tampilan luar yang modis. “Diterimanya suatu ibadah juga tidak tergantung dari indah atau tidaknya perlengkapan yang kita gunakan,” kata Mike.

4. Mudik

Buat yang mudik, THR bisa menjadi sumber dana yang yang bisa digunakan. Tentu saja setelah dikurangi zakat, infaq, dan sedekah, sebagai prioritas utama. Jika Anda pulang mudik, maka pos pengeluaran makanan bisa ditiadakan. Sebaiknya, mudik direncanakan jauh hari sebelum lebaran agar kita bisa menyisihkan uang sebagai dana mudik dan tidak hanya mengandalkan THR. Apalagi, jika Anda berencana meng ajak keluarga untuk pulang kampung. Akomodasi dan transporasi selama berlebaran di kampung halaman perlu dipersiapkan.

5. Lain-lain

Buat Anda yang tidak mudik dan berlebaran di rumah, maka dana THR bisa dialokasikan untuk mempercantik tampilan rumah. Misalnya dengan mengecat ulang, menata ulang interior rumah, bahkan merenovasi rumah.

Membuat rumah dengan tampilan baru belakangan ini biasa dilakukan menjelang hari raya, namun tidak ada kewajiban melaksanakannya. Kalaupun Anda tidak berencana mudik ataupun renovasi rumah, sebaiknya THR ditabung atau diinvestasikan saja. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement