REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran yang kian marak terjadi di Jakarta banyak disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik. Hal ini sangat disayangkan oleh pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN), karena seharusnya kejadian seperti ini bisa dihindari.
Deputi Manajer Komunikasi Distribusi PLN Jakarta dan Tangerang, Irwan Darwin, menjelaskan hubungan pendek arus listrik tidak mungkin terjadi jika masyarakat tertib dalam menggunakan listrik. Penggunaan standar pemakaian instalasi listrik harus yang bermutu.
"Rata rata masyarakat belum sadar dengan bahaya listrik jika dipakai secara sembarangan. Misalnya dengan pemakaian instalasi listrik, seperti kabel yang bukan standar. Memang kita tidak bisa melarang masyarakat untuk membeli barang yang lebih murah, namun ini bisa berakibat fatal," papar Irwan, dalam acara simulasi korsleting listrik di Jakarta Selatan, Kamis (9/8).
Selanjutnya, Irwan menjelaskan faktor lain yang menjadi penyebab korsleting listrik adalah penggunaan arus listrik yang tidak sesuai. "Daya listrik pada setiap alat itu biasanya sudah tertera, namun masyarakat kadang tidak menghiraukannya. Arus listrik yang seharusnya cukup hanya 220 volt, malah dipakai untuk berbagai peralatan yang memerlukan tegangan 500 volt."
Selain itu, lanjutnya, penumpukan arus listrik bisa menyebabkan bertambahnya tegangan, menimbulkan panas dan timbullah percikan api. Selanjutnya, percikan api tadi bertemu dengan oksigen dan barang-barang yang mudah terbakar. "Nah disitulah penyebab kebakaran itu," katanya.
Di samping itu, Masyarakat juga sering mengubah pengaturan Mini Circuit Breaker (MCB) yang sebenarnya dilarang. Hal ini bisa merugikan negara, karena menambah daya. Jika MCB masih berfungsi dengan baik, maka akan menguntungkan masyarakat sendiri.